Brussel vs Beijing : Kompetisi Perebutan Pengaruh di Asia Tengah
KTT Cina-Asia Tengah pertama dan Forum Ekonomi Uni Eropa-Asia Tengah kedua menyoroti kepentingan dan persaingan Beijing dan Brussel di wilayah tersebut. Meskipun kedua belah pihak memiliki kepentingan strategis, keterlibatan ekonomi, dan hubungan diplomatik dengan negara-negara di Asia Tengah, kehadiran bantuan finansial China yang terus meningkat di pasar Asia Tengah dan Belt and Road Initiative (BRI) mungkin bertentangan dengan upaya Uni Eropa untuk memperkuat kemitraan dengan para aktor lokal.
Asia Tengah menempati posisi geostrategis dan memiliki sumber daya energi yang melimpah, menjadikannya titik fokus bagi negara-negara besar. BRI China bertujuan untuk mengamankan kepentingan ekonomi, memperluas pengaruh regional, dan memperkuat konektivitas globalnya.
Pada tahun 2019 sebuah dokumen berjudul Uni Eropa dan Asia Tengah: Peluang Baru untuk Kemitraan yang Lebih Kuat, Brussel menunjukkan minatnya di kawasan ini dan strategi untuk mempromosikan stabilitas, meningkatkan kerja sama, dan mengamankan kepentingan ekonomi dan politiknya di Asia Tengah.
Pada tanggal 18-19 Mei 2023, para kepala negara Asia Tengah mengunjungi kota Xi’an di Tiongkok untuk menghadiri KTT “Tiongkok-Asia Tengah” yang pertama dan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping. Selama KTT, kedua belah pihak membahas paket investasi baru senilai sekitar 3,7 miliar dolar dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur untuk mendukung BRI.
Pada hari yang sama, pada tanggal 18-19 Mei 2023, di Almaty (Kazakhstan) diselenggarakan Forum Ekonomi Uni Eropa-Asia Tengah yang kedua. Selama acara tersebut, perwakilan Uni Eropa menegaskan komitmen Brussels untuk mendukung transisi Asia Tengah menuju pertumbuhan yang berkelanjutan, berketahanan sosial, dan netral terhadap iklim.
Persaingan antara Uni Eropa dan Cina di Asia Tengah menghadirkan peluang dan tantangan bagi kedua aktor. Pengaruh ekonomi dan investasi Cina menciptakan risiko ketergantungan dan potensi keterikatan politik bagi negara-negara Asia Tengah. Penekanan Uni Eropa pada nilai-nilai dan pembangunan berkelanjutan menawarkan pendekatan alternatif tetapi hal ini juga mendapat tantangan dalam hal sumber daya dan prioritas persaingan.
KTT “Cina-Asia Tengah” membuktikan peranan Beijing di Asia Tengah. Sejak peluncuran Belt and Road Initiative (BRI), China telah meningkatkan perannya di Asia Tengah dengan menginvestasikan dana finansial yang sangat besar ke dalam pasar-pasar lokal dan proyek-proyek infrastruktur.
Negara-negara di Asia Tengah telah memupuk ketergantungan ekonomi yang substansial terhadap China, karena Beijing menyumbang proporsi yang signifikan terhadap PDB dan utang luar negeri negara-negara di kawasan ini. Sebagai contoh, Tajikistan memiliki hutang sebesar 81,2 miliar dolar ke China (17% dari PDB dan 40% dari hutang luar negeri), sementara hutang Kirgistan ke Beijing adalah 82,2 miliar dolar (20% dari PDB dan 45% dari hutang luar negeri).
Dalam konteks konflik Ukraina dan konfrontasi Brussels-Moskow, Forum Ekonomi Uni Eropa-Asia Tengah yang kedua di Almaty menyoroti upaya-upaya Uni Eropa untuk memperluas aktivitas dan kehadirannya di Asia Tengah dengan meningkatkan proyek-proyek konektivitas dan kerja sama serta menjangkau pasar sumber daya energi dan mineral.
Asia Tengah memiliki nilai strategis karena letak geografisnya yang berada di papan catur geopolitik Eurasia, yang menjadikan wilayah ini sebagai ‘jembatan’ antara Eropa dan Asia. Sejak runtuhnya Uni Soviet, Rusia dan Barat telah bersaing untuk memasukkan wilayah ini ke dalam wilayah pengaruh mereka.
Moskow memiliki hubungan istimewa dengan negara-negara Asia Tengah berkat sejarah masa lalu. Kremlin menganggap kawasan ini sebagai bagian dari blizhnee zarubezhe (dekat dengan luar negeri) dan lebensraum (ruang vital), yang mana menjadi wadah Rusia berusaha memperluas hubungan politik, ekonomi, dan militernya melalui Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) dan Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama (CSTO).
Pada Oktober 2022, Astana menjadi tuan rumah KTT “Asia Tengah – Rusia” yang pertama, di mana para peserta sepakat untuk mengintensifkan dan memperdalam hubungan ekonomi di antara negara-negara anggota dan menekankan pentingnya kerja sama yang saling menguntungkan. Acara ini menyoroti kepentingan Rusia dalam memastikan kepemimpinannya di Asia Tengah dan mengeksploitasi wilayah tersebut sebagai daya ungkit geopolitik dalam konfrontasi dengan Barat.
Persaingan antara Uni Eropa dan China di Asia Tengah menggarisbawahi pentingnya kawasan ini dan potensi ekonominya yang sangat besar. Dengan menawarkan pasar alternatif dan mitra dagang kepada republik-republik Asia Tengah, Uni Eropa dapat memperkuat posisinya, memajukan cita-citanya, dan secara layak menantang China di Asia Tengah sambil membantu perbaikan kawasan ini secara berkelanjutan.
Untuk menegaskan kehadirannya di kawasan ini, Brussels harus menghadapi aktivitas keuangan China yang semakin meningkat serta kehadiran militer dan politik Rusia di kawasan ini.
Konflik Ukraina, yang menyebabkan bentrokan antara Eropa dan Rusia, dan konfrontasi antara China dan Amerika Serikat di Asia-Pasifik dapat mempengaruhi Asia Tengah dengan mendorong Beijing dan Moskow untuk bekerja sama melawan campur tangan Barat di daerah tersebut. Akibatnya, kolaborasi sementara China-Rusia ini dapat menghalangi strategi Brussel di Asia Tengah.