Armenia dan Rusia telah menyepakati langkah bersama untuk menstabilkan situasi di sepanjang perbatasan Armenia dengan Azerbaijan setelah bentrokan mematikan semalam. Menteri Pertahanan Armenia, Suren Papikyan mengatakan dia berbicara dengan rekannya dari Rusia, Sergei Shoigu dan “setuju untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menstabilkan situasi“.
Sebelumnya, Armenia dan Azerbaijan sama-sama melaporkan bentrokan perbatasan baru yang menewaskan sejumlah tentara Azerbaijan. Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Armenia mengatakan Azerbaijan meluncurkan “penembakan intensif” terhadap posisi militer Armenia ke arah kota Goris, Sok, dan Jermuk pada 12 September pukul 00:05 waktu setempat dengan menggunakan pesawat tak berawak, serta “artileri dan senjata api kaliber besar,” dilansir dari Al Jazeera.
Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Azerbaijan menuduh Armenia melakukan “tindakan subversif skala besar” di dekat distrik Dashkesan, Kelbajar dan Lachin di perbatasan, menambahkan bahwa posisi tentaranya “dikecam, termasuk dari mortir parit”. Menurut media Azerbaijan, kedua negara telah menyepakati gencatan senjata pada 11 September 2022 pagi untuk menghentikan permusuhan, tetapi gagal dalam waktu yang sangat singkat.
Rusia sendiri merupakan perantara kekuatan utama di kawasan itu dan sekutu Armenia melalui Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif yang dipimpin Moskow. Sementara itu, Amerika Serikat mengatakan sangat prihatin dengan laporan serangan tersebut. “Seperti yang telah lama kami jelaskan, tidak akan ada solusi militer untuk konflik tersebut,” kata Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken pada hari Senin dan mendesak diakhirinya konflik terbuka tersebut.
Konflik antara kedua negara sendiri terjadi sejak akhir 1980-an, ketika kedua belah pihak berada di bawah kekuasaan Soviet dan pasukan Armenia merebut sebagian besar wilayah di dekat Nagorno-Karabakh – yang telah lama diakui secara internasional sebagai wilayah Azerbaijan tetapi dengan populasi Armenia yang besar.
Azerbaijan mendapatkan kembali wilayah-wilayah itu dalam pertempuran selama 6 minggu pada tahun 2020, yang berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Rusia. Sejak saat itu, kedua negara telah bertemu beberapa kali untuk mencapai perdamaian yang kembali pecah pada 12 September lalu.