Sri Lanka, dengan krisis ekonomi dan kemanusiaannya, telah mendeklarasikan diri bahwa negaranya tidak memiliki stok bahan bakar yang membuat kondisi negaranya semakin kacau. Kini, Kolombo sepertinya terpaksa harus membeli lebih banyak minyak dari Rusia karena kondisi Sri Lanka. “Jika kita bisa mendapatkan dari sumber lain, … Kalau tidak (kami) mungkin harus pergi ke Rusia lagi,” jelas Wickremesinghe.
Perdana Menteri Sri Lanka Ranil Wickremesinghe, dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Associated Press mengatakan bahwa Sri Lanka membutuhkan sumber lain untuk impor minyaknya dan ia juga mengatakan bahwa akan terbuka pada Rusia jika mereka bersedia menjual minyak mentah lebih banyak. Di sisi lain, Sri Lanka juga berusaha membeli minyak dan batu bara dari pemasok di Timur Tengah.
Selain terbuka pada penawaran dari Rusia, Wickremesinghe—yang juga menjabat sebagai menteri keuangan Sri Lanka—mengindikasikan bahwa dia juga bersedia untuk menerima banyak bantuan yang lebih banyak dari China. Akibat krisis bahan bakar, antrean panjang hingga dapat mencapai beberapa kilometer adalah pemandangan umum di dekat tempat pengisian bensin di seluruh Sri Lanka, yang saat ini juga dilanda pemadaman listrik bergilir.
Dilansir dari CNN, para pejabat Sri Lanka sendiri saat ini dikabarkan sedang bernegosiasi dengan pemasok swasta, tetapi Wickremesinghe menjelaskan bahwa terdapat satu masalah yang Kolombo hadapi: banyak sumber daya minyak yang dapat diperoleh secara ‘gelap’ untuk Iran dan Rusia.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada akhir Februari, harga minyak dunia telah meroket. Ditambah dengan sanksi penghentian impor minyak oleh Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa yang membuat harga komoditas penting itu meroket. Untuk itu, Rusia juga dikabarkan menawarkan minyak mentahnya dengan diskon yang tajam, membuatnya sangat menarik bagi sejumlah negara terutama negara dengan kondisi seperti Sri Lanka, Rusia juga menawarkan gandum kepada Sri Lanka.
Sri Lanka juga mencari bantuan keuangan dari Program Pangan Dunia, yang mungkin segera mengirim tim ke negara itu, dan Wickremesinghe mengandalkan paket bailout dari Dana Moneter Internasional. Wickremesinghe mengatakan juga bahwa dia telah mendesak kepala IMF Kristalina Georgieva untuk “mempercepat” program bantuannya ke Sri Lanka dan menekankan bahwa tidak ada negara kecuali India yang memberikan dana bantuan untuk Sri Lanka.
Pemerintahan Sri Lanka mengatakan bahwa negaranya berusaha mencari pinjaman sebesar USD 6 miliar untuk menjaga negara tetap bertahan selama enam bulan ke depan. India sendiri memperpanjang kredit tambahan 500 juta dolar AS ke Sri Lanka bulan lalu untuk membantu negara tetangga itu mengimpor bahan bakar karena telah berjuang untuk membayar impor setelah cadangan devisanya anjlok tajam belakangan ini, menyebabkan devaluasi mata uangnya dan inflasi yang meningkat.