Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, sudah mengakui bahwa Ukraina tidak akan menjadi anggota North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara dalam waktu yang cepat. Kondisi ini didasari masih tingginya serangan Rusia di Ukraina yang semakin mengepung ibu kota Ukraina, Kyiv, dan prosedural Eropa yang panjang.
Zelenskyy dalam pertemuan Pasukan Ekspedisi Gabungan (CJEF) pimpinan Inggris menyatakan, ”Selama bertahun-tahun kami telah mendengar tentang bagaimana pintu seharusnya terbuka (untuk keanggotaan NATO) tetapi sekarang kami mendengar bahwa kami tidak dapat masuk.”
Presiden Ukraina mengakui fakta tersebut, dan memang kenyataan pahit sulitnya masuk keanggotaan NATO harus diterima. Zelenskyy juga mengakui senang bahwa orang-orang kami (Ukraina) mulai memahami hal ini dan mengandalkan diri mereka sendiri dan pada mitra yang membantu.
Zelenskyy tidak ingin banyak ‘mau’
Ukraina ungkap rasa terima kasihnya atas dukungan Barat, termasuk dari sanksi hingga bantuan-bantuan militer lainnya. Zelenskyy juga untuk sementara tidak akan menuntut keanggotaan NATO, meskipun memang sempat mengkritik Pasal 5 perjanjian NATO terkait keamanan bersama yang dinilainya lemah.
Namun, Ukraina menginginkan upaya lebih yang mampu menghentikan presiden Rusia. Ukraina menuntut adanya dukungan Barat mengenai zona tanpa penerbangan atau no-fly zone di langit Ukraina. Permintaan ini sulit dikabulkan oleh aliansi NATO tersebut karena khawatir meningkatkan konflik Rusia-Ukraina.
Zelenskyy menuntut agar Barat mendukungnya dalam mempertahankan langit Ukraina. “Kita selalu berbicara tentang bagaimana langit kami perlu dipertahankan, seperti langit NATO,” kata Zelenskyy. Kesepakatan ini akan memungkinkan balasan atau penembakan jatuh pesawat yang melanggar zona bebas terbang Ukraina.
Ukraina kecewa dengan banyaknya ‘alasan’ Barat dalam mendukung keamanan negaranya. Padahal, serangan Rusia di wilayah Lviv sangatlah dekat dengan di pangkalan militer Yavoriv dekat perbatasan dengan Polandia yang hanya berjarak 20 km (12 mil) dari perbatasan NATO.
Keengganan dukungan Eropa untuk keanggotaan Ukraina di NATO
Meskipun Barat dengan jelas mengecam tindakan Rusia, namun jika sudah menyangkut keanggotaan di NATO, negara Barat seakan enggan membahas lebih jauh.
Seperti contoh Belanda yang menilai tidak ada “jalan pintas” untuk mempercepat proses keanggotaan, termasuk untuk Ukraina yang sedang diserang oleh Rusia.
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte menyatakan, “UE sudah memperlakukan aplikasi Ukraina dengan kecepatan yang belum pernah dilakukan sebelumnya, namun memang penilaian Komisi akan memakan waktu – berbulan-bulan, mungkin bertahun-tahun, sebelum Anda mencapai apa pun.” Pernyataan ini merefleksikan bahwa keanggotaan NATO tidak mudah dan membutuhkan proses evaluasi yang panjang.
Sebelumnya, dalam diskusi sengit sebenarnya pemimpin Eropa mengatakan “Iya” pada Ukraina untuk integrasi Ukraina dengan Eropa. Namun, meskipun banyak yang mendukung, tetap terdapat perjanjian termasuk kriteria keanggotaan dan fakta bahwa negara-negara hanya dapat bergabung dengan UE dengan persetujuan bulat dari semua anggota yang ada.
Namun, Eropa berjanji akan terus mendukung dan membantu Ukraina baik secara militer maupun ekonomi. Eropa berjanji akan membangun kembali Ukraina setelah perang, jika Ukraina masih berdiri dan belum diokupasi oleh Putin.
Giliran Putin Menjatuhkan Sanksi ke AS dan Eropa - DIP Institute
March 17, 2022 @ 2:00 pm
[…] respon atas sanksi yang sebelumnya sudah dijatuhkan oleh AS ke Rusia karena invasi Rusia ke Ukraina. Rusia mengatakan bahwa sanksi ini menjadi hasil dari “Russophobic” atau pandangan anti-Rusia […]