Presiden Baru Iran “Serang AS” di Sidang Majelis Umum PBB ke-76
Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-76, mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) perlu menghentikan sanksi atas negaranya. Iran menilai sanksi sebagai inisiasi perang negara dan pelanggaran hak asasi manusia, terutama karena pembatasan obat-obatan selama masa pandemi Covid-19.
Tidak dipungkiri, sanksi terhadap pembatasan bantuan kemanusiaan dari AS membuat pembelian alat kesehatan dan obat-obatan Iran menjadi lebih sulit. Terlebih dengan fakta bahwa korban meninggal positif Covid-19 di Iran mencapai 118,000 orang, yang menjadikan Iran sebagai negara dengan total kematian kasus Covid-19 tertinggi di lingkup regional.
Iran melalui lembaga Riset Reaktor Iran memproduksi radiopharmaceutical yakni obat mengandung zat isotop radioaktif yang digunakan untuk membantu pasien kanker serta memproduksi vaksin Covid-19 nya sendiri.
Selanjutnya, Raisi menggambarkan bahwa kehadiran AS di wilayah Timur Tengah sebagai sesuatu yang tidak rasional, sehingga semakin menekan masyarakat dari Palestina, Suriah, Yaman, dan Afghanistan, termasuk pembayar pajak AS.
Tidak lupa Raisi turut mengkritik AS terkait keterkaitan kekerasan tanggal 6 Januari tahun lalu yang menghasilkan pemakzulan mantan Presiden AS, Trump, dengan kematian beberapa sipil saat evakuasi masyarakat Afghanistan. Raisi menilai sistem hegemoni AS sudah tidak memiliki kredibilitas baik secara domestik dan internasional, terutama karena proyek memaksa masuknya identitas Barat pada wilayah Timur Tengah yang ternyata gagal.
“Hari ini, dunia tidak peduli dengan “America First” atau “America is Back” yang salah satunya bisa dilihat melalui kekacauan yang terjadi di Afghanistan.” kata Raisi.
Pandangan Iran melalui Presiden Ebrahim Raisi terhadap kebijakan luar negeri AS dinilai lebih kritis dibandingkan presiden terdahulu Hassan Rouhani.
Berkaitan dengan isu nuklir, Raisi menyatakan Iran tidak percaya dengan janji yang dilakukan oleh pemerintah AS, terutama karena dialog disertai dengan tekanan politik. Namun Raisi juga disisi lain tetap terbuka dengan dialog asalkan AS bersedia menghentikan sanksi atas negara Iran.
Politisi Senior AS “Mencatat” Pernyataan Presiden Iran Raisi
Politisi senior AS menyatakan akan melihat tindakan Iran ke depannya, di mana AS menginginkan agar Iran tetap bersedia melakukan negosiasi di Vienna.
“Kami akan terus percaya bahwa kita perlu kembali bertemu dengan Iran di Vienna.” kata politisi AS tersebut.
Pemerintahan Biden menyatakan akan berupaya “menyelamatkan” perjanjian nuklir dengan Iran di mana AS pada masa pemerintahan Trump sebelumnya keluar dari perjanjian tersebut.
“Amerika Serikat akan terus berkomitmen untuk mencegah Iran memiliki senjata nuklir.” kata Biden di markas PBB.
Presiden Biden juga menekankan komitmen AS untuk mendukung stabilitas jangka panjang di Iran dan mendukung pelaksanaan demokrasi di Iran Oktober nanti agar bisa dilaksanakan dengan transparan dan kredibel.