Eskalasi Meningkat, Bagaimana ASEAN di antara China-Taiwan?
Dinamika hubungan politik dapat memengaruhi hubungan negara yang satu dengan aktor lainnya. Hal ini yang terjadi pada eskalasi hubungan Taiwan dan China, di mana agresivitas China dalam menekan pengakuan politik terhadap Taiwan, juga membuat Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) berada di posisi yang cukup sulit. Lalu, bagaimana ASEAN bersikap di antara kedua aktor politik ini?
Siapa yang akan melindungi Taiwan?
Indonesia dan negara anggota ASEAN tidak ada yang mengakui Taiwan sebagai negara. Sejarah perang sipil China memisahkan dua ideologi berbeda menjadi dua wilayah dan membentuk Taiwan yang berbasis republik, sedangkan China berbasis komunis. Sejak saat itu, China memberlakukan one China policy yang menekankan hanya ada satu China, sehingga negara lain tidak bisa memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan.[1] Keputusan ini ditetapkan agar hubungan internasional Taiwan dan pengakuan politiknya semakin terbatas, sehingga pertumbuhan negaranya juga semakin melambat.
Tidak banyaknya negara yang mengakui kedaulatan Taiwan disebabkan risiko besar yang harus ditanggung negara lain tersebut akan hubungan politik dengan China. Keputusan mengakui Taiwan memiliki kerugian yang lebih besar bagi negara-negara di ASEAN, termasuk untuk Indonesia, mengingat hubungan politik dan ekonomi dengan China akan menjadi aspek yang paling terdampak. Bahkan, Amerika Serikat (AS) yang sempat mengakui kedaulatan Taiwan menarik kembali keputusannya pada masa kepemimpinan Trump.[2] Pada pemerintahan AS sekarang, Presiden Biden menunjukkan dukungan militernya untuk Taiwan, namun juga tidak ada garansi terkait kesediaan AS untuk menjadi “tameng” Taiwan atas China.[3]
Meskipun begitu Taiwan tetap menjadi aktor strategis bagi ASEAN, dan China-AS karena kekuatan ekonomi dan wilayah geografisnya. Taiwan mampu menunjukkan kekuatan ekonominya, di mana selama pandemi Covid-19 ini Gross Domestic Product Taiwan meningkat dari 3.68 persen menjadi 4.53 persen.[4] Taiwan menjadi salah satu negara yang perekonomiannya tumbuh cepat selama pandemi. Direktorat Jenderal Anggaran, Akuntansi dan Statistik (DGBAS) Departemen Statistik Taiwan, Tsai Yu-tai, menyatakan peningkatan GDP didukung oleh ekspor permintaan teknologi seperti internet 5G dan chip semikonduktor.[5] Keadaan pandemi yang mendorong peningkatan kebutuhan teknologi digital menjadi faktor utama yang membantu perekonomian Taiwan terus berjalan. Kekuatan ekonomi dan hubungan kedekatan Taiwan-AS beserta aliansi ini yang menjadi tambahan dukungan kepada Taiwan atas China.
Pada pertemuan ASEAN Defense Ministers’ Meeting Plus (ADMM-Plus) lalu yang dihadiri negara anggota ASEAN, serta Jepang, AS, India, Russia, Australia, Selandia Baru, dan China, dibahas mengenai isu politik dan keamanan.[6] Jepang dan aliansinya menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di wilayah Selat Taiwan demi keamanan global. Di sisi lain, China melalui Menteri Pertahanannya, Wei Fenghe juga menekankan terkait isu Laut China Selatan, Hong Kong, juga Taiwan. Wei Fenghe menegaskan tidak akan mundur dan goyah untuk melindungi kepentingan nasionalnya, sehingga negara lain juga perlu menghargai keputusan China tersebut.[7] Pernyataan ini menunjukkan adanya perbedaan persepsi dan kepentingan negara di wilayah Indo-Pasifik yang berhubungan langsung dengan ASEAN.
ASEAN di antara Dua Kekuatan
Pada konteks ini, ASEAN berada di tengah kekuatan besar yakni China dan Taiwan serta aliansinya yakni AS yang semakin mendekat ke wilayah Indo-Pasifik. Kedatangan aliansi Barat menjadi suatu pernyataan kehadiran dan dukungan dalam menekan China, yang juga menjadi tantangan bagi kepemimpinan ASEAN. Eskalasi yang meningkat ini membuat ASEAN perlu tetap bersatu, seperti dalam pertemuan menteri pertahanan negara anggota ASEAN dengan China, Jepang, dan AS yang mendorong diterapkannya code of conduct di wilayah Laut China Selatan.[8] Hal ini dikarenakan pengaruh asing yang berlebih dalam lingkup Indo-Pasifik akan mengancam prinsip non-intervensi dan fungsi kerja sama politik keamanan lingkup ASEAN.
Konsep geopolitik Rudolf Kjellen pada Buku “Staten som livsform” tahun 1916 menyatakan keberlangsungan negara tergantung dari faktor geografis, sosial, politik, di mana akan terus mengembangkan ruang (ekspansi) guna perkembangan kemampuan dan kebutuhan rakyatnya.[9] Negara akan cenderung memanfaatkan kemajuan ekonomi dan teknologinya untuk mencapai kesatuan domestik dan “mendapatkan” batas-batas negara yang lebih baik. Dalam hal ini China, berdasarkan White Paper China tahun 2019 secara terbuka menyatakan Taiwan sebagai ancaman keamanan.[10] China menganggap wilayah Taiwan sebagai ancaman integritas dan kedaulatan China,
Selain itu, dalam White Paper tersebut China juga melakukan peningkatan modernisasi kekuatan militernya dengan menekankan kekuatan militer hanya untuk pertahanan. Namun, ancaman terbuka pada Jepang karena isu Taiwan menunjukkan tindakan kontras China terkait militer. Di sisi lain, Taiwan merupakan mitra dagang AS terbesar dalam chip, sekaligus memiliki wilayah geopolitik yang strategis, yakni wilayah Asia. Di sisi lain, Taiwan yang didukung AS beserta aliansinya juga memiliki agenda lain yakni melalui dialog Quadrilateral Security Dialogue yang berfokus pada keamanan dan menekan pengaruh China di Indo-Pasifik.
Maka dari itu, berdasarkan prinsip non intervensi ASEAN perlu difokuskan dan diterapkan agar tidak ada intervensi dari asing terkait permasalahan yang berkaitan dengan keamanan dan kestabilan di wilayah ASEAN. Mengingat permasalahan Taiwan yang berkaitan dengan wilayah Indo Pasifik dan ASEAN, perlu bagi ASEAN untuk terus menunjukkan kepemimpinannya semakin dekatnya kekuatan AS secara militer dan politik atas China. ASEAN yang berada di posisi sulit harus menyeimbangkan kekuatan dan menjadi fasilitator dan penggagas kestabilan di wilayah regionalnya. Hal ini dikarenakan perseteruan di Taiwan tidak hanya mengenai China dan Taiwan, namun juga adanya campur tangan asing serta kestabilan keamanan wilayah ASEAN dan sekitarnya.
[1] World Population Review, (2021), Countries That Recognize Taiwan 2021, World Population Review, https://worldpopulationreview.com/country-rankings/countries-that-recognize-taiwan
[2] BBC, (2017), Trump agrees to honour ‘One China’ policy despite threats, https://www.bbc.com/news/world-asia-china-38927891
[3] Michael Crowley, (2021), Biden Backs Taiwan, but Some Call for a Clearer Warning to China, New York Times, https://www.nytimes.com/2021/04/08/us/politics/biden-china-taiwan.html
[4] Reuter Staff, (2021), Taiwan upbeat on economic prospects despite COVID-19 spike, Reuters, https://www.reuters.com/article/healthcoronavirus-taiwan-economy-idUSL3N2N301J
[5] Ibid.,
[6] Kentaro Iwamoto, (2021), China fends off pressure over Taiwan in ASEAN-led defense talks, Nikkei Asia International Relations, https://asia.nikkei.com/Politics/International-relations/China-fends-off-pressure-over-Taiwan-in-ASEAN-led-defense-talks
[7] Ibid.,
[8] Ministry of Foreign Affairs, (2021), The 19th Senior Officials’ Meeting on the Implementation of the Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea held in Chongqing, MFA News, https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/wjbxw/t1882173.shtml
[9] Soren Scholvin, (2016), Geopolitics An Overview Of Concepts And Empirical Examples From International Relations, FIIA Working Paper, https://www.files.ethz.ch/isn/196701/wp91-Geopolitics.pdf
[10] Anthony Cordesman, (2019), China’s New 2019 Defense White Paper, CSIS, https://www.csis.org/analysis/chinas-new-2019-defense-white-paper