4 April – NATO Dibentuk

Pada 4 April 1949, Amerika Serikat dan 11 negara lainnya membentuk Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau North Atlantic Treaty Organization yang hingga saat ini dikenal sebagai NATO, sebuah pakta pertahanan bersama yang awalnya bertujuan menahan kemungkinan agresi Soviet terhadap Eropa Barat. NATO berdiri sebagai aliansi militer utama pimpinan AS melawan Uni Soviet selama Perang Dingin.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai memburuk dengan cepat pada tahun 1948. Terjadi ketidaksepakatan yang memanas atas status Jerman pasca Perang Dunia ke II, dengan Amerika bersikeras pada pemulihan Jerman dan akhirnya mempersenjatai kembali Jerman Barat yang ditentang oleh Soviet.[1] Pada bulan Juni 1948, Soviet memblokir semua perjalanan darat ke zona pendudukan Amerika di Berlin Barat, dan hanya mengizinkan pengiriman bahan-bahan pokok saja sampai Soviet mengalah dan mencabut blokade pada Mei 1949.

Pada bulan Januari 1949, Presiden Harry S. Truman memperingatkan dalam State of the Union Address-nya bahwa kekuatan demokrasi dan komunisme menjadi perang ideologi yang berbahaya, dan dia menyerukan aliansi pertahanan negara-negara di Atlantik Utara. Untuk itu, pada April 1949, perwakilan dari Belgia, Kanada, Denmark, Prancis, Inggris Raya, Islandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia, dan Portugal bergabung dengan Amerika Serikat dalam menandatangani perjanjian NATO.[2]

Salah satu poin paling penting dari pendirian NATO sendiri adalah para penandatangan sepakat bahwa serangan bersenjata terhadap satu anggota akan dianggap sebagai serangan terhadap seluruh anggota NATO. Presiden AS, Harry S. Truman menyebutnya sebagai “perisai melawan agresi.”[3]

Bagi negara yang telah bergabung, negara-negara secara sukarela berkomitmen untuk berpartisipasi dalam konsultasi politik dan kegiatan militer NATO. Meskipun masing-masing dan setiap penandatangan Traktat NATO tunduk pada kewajiban Traktat, tetap ada tingkat fleksibilitas tertentu yang memungkinkan anggota untuk memilih bagaimana mereka berpartisipasi.[4]

Sebagian besar aktor melihat organisasi tersebut sebagai tanggapan yang diperlukan terhadap ancaman komunis. Selama beberapa tahun berikutnya, Yunani, Turki, dan Jerman Barat juga bergabung dengan NATO. Hingga hari ini, telah tergabung 30 negara di NATO, bertambah 18 anggota semenjak penandatanganannya tahun 1949.

Di sisi lain, Uni Soviet mengutuk NATO sebagai aliansi penghasut perang dan menanggapinya dengan mendirikan Pakta Warsawa (aliansi militer antara Uni Soviet dan satelit Eropa Timur) pada tahun 1955. NATO bertahan selama Perang Dingin, dan terus memainkan peranan penting.

Walaupun NATO merupakan pakta pertahanan, Irlandia, sebagai negara anggota tidak memiliki pasukan militer.[5] Tetapi di dalam organisasi pertahanan itu, terdapat tiga negara yang memiliki senjata nuklir, membuatnya menjadi pakta pertahanan terkuat saat ini. Hal ini membuat negara-negara pecahan Soviet seperti Estonia, Latvia, hingga Yugoslavia yang sebelumnya merupakan anggota Pakta Warsawa ingin bergabung dengan NATO.

Hal ini juga yang menjadi salah satu dasar dari invasi Rusia ke Ukraina dua tahun lalu, dimana Ukraina pada saat itu berusaha untuk mengajukan diri untuk menjadi anggota NATO, yang jelas-jelas ditolak oleh Rusia, karena Ukraina adalah salah satu wilayah buffer zone antara Rusia dan negara-negara anggota NATO di Eropa.

Di sisi lain, Ukraina yang juga dibantu oleh beberapa anggota NATO untuk pertahanan melawan Rusia juga telah kembali mengisi aplikasi keanggotaan NATO pada September lalu.[6] Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengumumkan tawaran mengejutkan untuk keanggotaan jalur cepat aliansi militer NATO tanpa memperhatikan keinginan Vladimir Putin, membalas Moskow setelah mengatakan telah mencaplok empat wilayah Ukraina.

Walaupun Ukraina telah berusaha bergabung dengan NATO sejak lama dimana kerja sama antar keduanya telah terjalin sejak tahun 1991, tetapi pihak NATO juga memiliki sudut pandang lain, membuatnya tidak kunjung diterima, tidak seperti Finlandia dan Swedia yang dapat dikatakan relatif cepat disetujui untuk bergabung dengan NATO.

Bila Ukraina bergabung dengan NATO, tentu telah diyakini dapat merubah persepsi perang Rusia di Ukraina, dan justru dapat memperburuk kondisi dan meningkatkan eskalasi perang, karena jika Ukraina bergabung saat ini, maka invasi tidak lagi antara hanya Rusia dan Ukraina, tetapi Rusia versus NATO. Dimana bisa saja Rusia menggandeng mitra-mitranya seperti China dan Iran untuk bergabung, membuat invasi menjadi perang besar.

[1] “North Atlantic Treaty Organization (NATO) pact signed”, History Today, https://www.history.com/this-day-in-history/nato-pact-signed

[2] Ibid.

[3] “Address On The Occasion Of The Signing Of The North Atlantic Treaty: April 4, 1949”, Truman Library Institute, https://www.trumanlibraryinstitute.org/this-day-in-history-4/

[4] “Member countries”, NATO, 4 Oktoer 2022, https://www.nato.int/cps/en/natohq/topics_52044.htm

[5] “National Security”, Government of Iceland, https://www.government.is/topics/foreign-affairs/national-security/#:~:text=Iceland%20is%20a%20country%20without,Nations%2C%20NATO%20and%20the%20OSCE.

[6] Tom Balmforth, “Ukraine applies for NATO membership, rules out Putin talks”, Reuters, 1 Oktober 2022, https://www.reuters.com/world/europe/zelenskiy-says-ukraine-applying-nato-membership-2022-09-30/