Gempa bumi berkekuatan 6,6 magnitudo mengguncang wilayah utara Papua Nugini pada Selasa malam, 7 Oktober 2025, waktu setempat. Menurut laporan United States Geological Survey (USGS), pusat gempa berlokasi sekitar 26 kilometer dariKota Lae, kota terbesar kedua di negara tersebut, dengan kedalaman mencapai 10 kilometer. Guncangan dilaporkan terasa kuat di Lae dan beberapa wilayah di sekitarnya, menyebabkan warga panik dan berhamburan keluar rumah. Meski begitu, Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) tidak mengeluarkan peringatan tsunami karena kedalaman dan lokasi episenter tidak berpotensi memicu gelombang besar.
Menurut keterangan Mildred Ongige, petugas kepolisian di Lae, gempa terasa sangat kuat dan berlangsung beberapa detik. Ia menambahkan bahwa pihak kepolisian masih melakukan pemantauan terhadap kemungkinan kerusakan infrastruktur, meskipun sejauh ini belum ada laporan korban jiwa maupun kerusakan besar di area terdampak.
Sementara itu, laporan dari Radio New Zealand (RNZ) mencatat bahwa gempa berpusat di kedalaman sekitar 99 kilometer, sehingga getarannya dirasakan kuat namun dampak permukaan cenderung terbatas. Otoritas setempat menyebutkan belum menerima laporan rinci terkait indikasi gangguan besar pada jaringan listrik maupun fasilitas umum di sekitar Lae. Meski demikian, Pemerintah tetap mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
Gempa Papua Nugini kembali menegaskan posisi geografis negara yang berada di kawasan Cincin Api (Ring of Fire); yakni zona tektonik aktif yang sering mengalami gempa dan letusan gunung berapi akibat tumbukan antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Australia. Melalui kejadian terbaru ini, kesiapsiagaan dan edukasi mitigasi bencana di negara dalam kawasan cincin api perlu terus diperkuat guna mengurangi risiko korban di masa depan.
Meski gempa yang melanda Papua Nugini ini tidak menimbulkan tsunami maupun kerusakan signifikan, namun kejadian ini tetap menjadi pengingat akan kerentanan geologis wilayah Pasifik terhadap aktivitas seismik. Frekuensi gempa di kawasan Cincin Api dapat terus terjadi, sehingga koordinasi regional di antara negara-negara di kawasan yang sama dapat menjadi kunci penting dalam memperkuat sistem peringatan dini dan tanggap darurat di masa mendatang.