Pertemuan Terakhir Biden dan Xi: Sepakati Pengendalian Nuklir Tidak Boleh Dikuasai AI
Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping menggelar pertemuan terakhir mereka pada Sabtu (16/11) di sela-sela KTT Konferensi Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Lima, Peru.
Dalam pertemuan tersebut, Biden dan Xi menyepakati bahwa senjata nuklir harus tetap berada di bawah kendali manusia, bukan kecerdasan buatan. Keduanya menekankan pentingnya mempertimbangkan risiko AI dalam pengembangan militer secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Menurut Gedung Putih, kesepakatan ini mencerminkan langkah maju dalam menyikapi potensi bahaya penggunaan teknologi AI di bidang pertahanan. Data Departemen Pertahanan AS menunjukkan bahwa China memiliki sekitar 500 hulu ledak nuklir dan diperkirakan akan melampaui 1.000 hulu ledak pada 2030. Meski begitu, angka ini masih lebih rendah dibandingkan Amerika Serikat dan Rusia, yang masing-masing memiliki lebih dari 1.700 hulu ledak.
Pertemuan ini juga berlangsung di tengah ketidakpastian global akibat kembalinya Trump ke Gedung Putih. Trump, yang menang atas Kamala Harris, diprediksi akan mengadopsi kebijakan “America First” yang berpotensi mengguncang aliansi internasional yang telah dibangun Biden, termasuk di Asia dan Eropa; dimana Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif hingga 60 persen pada barang impor China dan mengurangi komitmen pertahanan AS terhadap sekutu jika mereka tidak berbagi beban finansial. Ancaman tersebut tidak hanya berdampak pada ekonomi China, tetapi juga pada mitra dagang Amerika dan stabilitas geopolitik.
Gedung Putih menyebut pertemuan Biden dan Xi ini sebagai upaya menjaga saluran komunikasi tetap terbuka, termasuk hotline militer yang dipulihkan tahun lalu. Keduanya sepakat bahwa persaingan antara AS dan China harus dikelola dengan hati-hati agar tidak memicu konflik langsung.
Sementara itu, setelah KTT APEC, Biden dijadwalkan menghadiri KTT G20 di Rio de Janeiro sebagai bagian dari kunjungan diplomatik terakhirnya sebelum Trump resmi menjabat.