Australia telah memulangkan sekelompok wanita dan anak-anak yang terdampar di kamp-kamp pengungsi di timur laut Suriah setelah kelompok teror Negara Islam (ISIS) yang kehilangan kendali atas wilayah itu pada 2019.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada akhir Oktober lalu, Menteri Dalam Negeri Australia, Clare O’Neil mengatakan bahwa kelompok yang diselamatkan itu terdiri dari empat wanita Australia dan 13 anak mereka yang telah tiba di New South Wales.
“Fokusnya adalah keselamatan dan keamanan semua warga Australia serta keselamatan mereka yang terlibat dalam operasi tersebut,” katanya. “Pemerintah telah mempertimbangkan dengan cermat berbagai faktor keamanan, masyarakat, dan kesejahteraan dalam membuat keputusan untuk memulangkan.” Dilansir dari CNN.
Awal bulan ini Canberra mengatakan pihaknya berharap untuk menyelamatkan masyarakat dari kamp-kamp pengungsi di Suriah puluhan wanita dan anak-anak Australia yang termasuk dalam keluarga pejuang ISIS yang tewas atau dipenjara.
Keempat wanita itu diduga melakukan perjalanan dari Australia ke Timur Tengah untuk menikah dengan pejuang ISIS. O’Neil menambahkan bahwa lembaga penegak hukum Australia akan “terus terlibat” dan menyelidiki anggota lain dari kelompok ISIS. O’Neil juga menambahkan bahwa “Setiap pelanggaran yang teridentifikasi dapat mengarah pada tindakan penegakan hukum yang diambil.”
Kelompok HAM Australia menyambut baik pemulangan tersebut. Mat Tinkler, CEO di Save the Children Australia, mengatakan bahwa pemerintah Australia telah “melakukan hal yang benar dan adil.” “Mereka telah memberi anak-anak ini harapan untuk masa depan mereka dan menaruh kepercayaan mereka pada kekokohan keamanan nasional Australia, sistem peradilan dan pemukiman kembali untuk mendukung integrasi mereka yang aman ke dalam masyarakat Australia,” kata Tinkler.
Ia menambahkan, masih ada lebih dari 30 anak Australia yang terjebak di kamp-kamp di Suriah. “Kami tidak akan beristirahat sampai setiap anak Australia dibawa pulang,” katanya. “Kami mendesak pemerintah untuk memulangkan mereka secepat mungkin.”
Sophie McNeill, peneliti Australia di Human Rights Watch, mengatakan bahwa warga Australia lainnya yang masih ditahan dalam kondisi mengerikan tanpa dakwaan atau pengadilan di timur laut Suriah harus dibawa pulang juga.
“Australia dapat memainkan peran kepemimpinan dalam melawan terorisme melalui pemulangan warga negaranya secara tertib – kebanyakan anak-anak yang tidak pernah memilih untuk hidup di bawah ISIS,” kata McNeill.
Sebelumnya, Pemerintah Australia menerima laporan bahwa terdapat laporan bahwa 16 wanita dan 42 anak-anak pejuang ISIS yang mati atau dipenjara di kamp-kamp selama tiga setengah tahun di Suriah. “Mengingat sifat sensitif dari masalah yang terlibat, tidak pantas untuk berkomentar lebih lanjut.” Tutur O’Neil.
Menteri Lingkungan Tanya Plibersek mengatakan pada hari Senin bahwa ada sekitar 40 anak Australia yang tinggal di sebuah kamp di Suriah, dan beberapa ibu mereka ditipu dan dinikahkan dengan pejuang ISIS ketika mereka masih sangat muda.
“Tapi saya pikir untuk semua orang yang terlibat, akan ada harapan berkelanjutan bahwa badan keamanan dan intelijen kami akan tetap berhubungan dengan mereka dan memantau mereka,” katanya. Australia pertama kali menyelamatkan delapan anak dan cucu dari dua pejuang ISIS yang tewas dari sebuah kamp pengungsi Suriah pada 2019, tetapi telah menunda pemulangan yang lain sampai sekarang.