Jepang menjanjikan bantuan sebesar $30 miliar untuk pembangunan di Afrika dengan mengatakan ingin bekerja lebih erat dengan negara-negara di Afrika di tengah panasnya politik global akibat invasi Rusia ke Ukraina. Usulan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida dalam pidato di KTT di Tunisia. Selain dana bantuan, Jepang juga memastikan akan mengirimkan biji-bijian ke Afrika di tengah kekurangan global.
“Jika kita menyerah pada masyarakat berbasis aturan dan mengizinkan perubahan sepihak status quo dengan paksa, dampaknya akan meluas tidak hanya melalui Afrika, tetapi seluruh dunia,” kata Kishida melalui tautan video setelah dinyatakan positif COVID-19. Kishida mengatakan bantuan sebesar $30 miliar dari Jepang akan dikirimkan secara berkala selama tiga tahun, menjanjikan jumlah yang lebih kecil untuk ketahanan pangan berkoordinasi dengan Bank Pembangunan Afrika.
Di sisi lain, KTT itu telah memberi Presiden Tunisia, Kais Saied platform internasional terbesarnya sejak pemilihannya 2019 dan menyusul perebutan kekuasaannya secara luas, yang secara resmi diabadikan melalui referendum konstitusional dan oleh para pengkritiknya disebut kudeta. Dalam pidato pembukaannya di konferensi tersebut, Saied mendesak para delegasi agar “bersama-sama mencari cara bagi masyarakat Afrika untuk mencapai harapan dan impian generasi pertama setelah kemerdekaan”.
Rencana ini direalisasikan lewat Konferensi Internasional Tokyo tentang Pembangunan Afrika (TICAD8) ke delapan walaupun China juga tengah memperkuat pengaruhnya di Afrika lewat program Belt and Road Initiatives. Konferensi pada 27 Agustus 2022 lalu adalah TICAD pertama sejak pandemi COVID-19 dimulai. Pada pertemuan sebelumnya tahun 2019, mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe memperingatkan investor di Afrika bahwa mereka harus menghindari membebani negara-negara di Afrika sebagai sindiran pada program China di benua itu.
Saeid juga menekankan bahwa Afrika sangat terdampak oleh pandemi dan geopolitik saat ini. “Dunia tidak bisa terus seperti semula. Dengan semua kekayaan dan asetnya, Afrika tidak bisa menyaksikan rakyatnya hidup dalam kemiskinan,” katanya. Bantuan Jepang dapat dikatakan dinantikan oleh Tunisia dan negara-negara di Afrika. Tunisia sendiri membutuhkan dukungan keuangan karena menghadapi krisis keuangan publik yang telah diperburuk oleh tekanan global pada komoditas.
KTT itu juga memicu perselisihan antara Tunisia dan Maroko yang marah dengan keputusan Saied mengundang Front Polisario yang mencari kemerdekaan untuk Sahara Barat, wilayah yang dianggap Rabat sebagai miliknya. Maroko dan Tunisia telah memanggil duta besar mereka dari negara masing-masing untuk berkonsultasi. Rabat mengatakan keputusan untuk mengundang pemimpin Polisario, Brahim Ghali merupakan hal yang bertentangan dengan keinginan Jepang.