Kamboja Menunda Latihan Militer bersama China, karena AS?
(Foto: Menteri Pertahanan China (Kanan) berbicara kepada Menteri Pertahanan Kamboja (Kiri) dalam kunjungan Pameran Militer (Military Exhibition) di Phnom Penh pada 19 Juni 2018
– Properti milik Thang Chhin Sothy/Getty Images)
Pandemi yang sudah terjadi lebih dari setahun lalu membuat banyak negara menunda berbagai kegiatan kerja sama termasuk latihan militer. Namun, tidak bagi Kamboja dan China yang pada 30 Maret 2020 lalu tetap melaksanakan latihan militer meskipun pandemi Corona masih berkembang secara nasional dan global.
Latihan militer bernama “Golden Dragon” sudah dimulai sejak Desember tahun 2016. Kerja sama latihan militer ketiga tahun 2020 lalu ini dilaksanakan di bagian Barat Daya Kamboja, yakni provinsi Kampot yang diikuti oleh 3000 anggota militer dari Kamboja dan China. Jenderal Vong Pise, Panglima Pasukan Tentara Kamboja, mengatakan latihan militer antara China dan Kamboja bertemakan anti terorisme dan kemanusiaan memberikan kontribusi pada penegakkan perdamaian, kestabilan yang membantu perkembangan bagi dua negara dan wilayah.[1]
Untuk tahun 2021 ini, Kamboja memutuskan menunda latihan kerja sama militernya bersama China. Namun, mengapa Kamboja baru sekarang memutuskan untuk menunda latihan militernya bersama China?
Ketergantungan Kamboja pada China
Latihan militer Kamboja – China yang dibatalkan tahun ini dijadwalkan tanggal 13 – 27 Maret 2021, melalui pelatihan penggunaan tank, dan kendaraan bersenjata. Hubungan dekat Kamboja dan China tidak hanya terjalin secara militer, namun juga perekonomian Kamboja yang bergantung terhadap China karena investor terbesar di Kamboja adalah China, dimana 43 persennya investasi dana asing masuk ke Kamboja tahun 2019 yang berjumlah USD3,6 miliar juga berasal dari China.[2]
China mengirimkan berbagai bantuan perlengkapan dan tim ahli Covid-19 serta pada tanggal 7 Februari 2021 lalu mendonasikan gelombang pertama vaksin virus Corona dengan 600,000 dosis yang diperuntukkan pekerja kesehatan dan militer.[3]
Sebagai salah satu negara yang miskin di wilayah Asia, taktik China yang membuat Kamboja merasa banyak balas budi melalui ketergantungan perekonomian cukup memberikan dampak juga pada perpolitikan di Kamboja. Meskipun menyatakan netral, namun pandangan politik Kamboja terlihat dari pembelaannya pada China terkait isu Laut China Selatan yang banyak melibatkan negara-negara di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) dengan mengatakan bahwa konflik perbatasan ini harus diselesaikan hanya oleh negara pengklaim tanpa melibatkan ASEAN. Dukungan politik ini membuat hubungan Kamboja-China dikhawatirkan oleh Amerika Serikat (AS).
Kamboja ingin mendekat pada Pemerintahan baru AS?
Penundaan latihan militer Kamboja – China tahun ini dikatakan karena alasan pandemi Corona dan bencana banjir di akhir tahun 2020 lalu. Hal ini bukan berarti Kamboja tidak lagi membutuhkan China secara keamanan, mengingat Kamboja sudah terlalu bergantung pada China maka akan sulit untuk melepaskan hubungan politik bersama China begitu saja.
Menggunakan konsep bandwagoning, negara kecil akan cenderung melindungi kepentingannya dengan “mengikuti” negara besar, sehingga terdapat kekuatan tambahan untuk keamanan domestiknya. Melihat keadaan multipolar sekarang, di mana Amerika Serikat (AS) bukan hanya satu-satunya negara yang berpengaruh besar, membuat Kamboja yang memiliki kapabilitas militer dan ekonomi rendah akan mendekati negara-negara yang setidaknya bisa membantu untuk menghindari serangan dan ancaman terjadi, sehingga bandwagoning defensive[4] yang cenderung lebih “halus” digunakan oleh Kamboja pada AS.
Keputusan penundaan latihan militer dan China bukan hanya terkait pada kondisi domestik yakni banjir dan kasus Covid-19 Kamboja, yang hingga saat ini Kamboja hanya memiliki jumlah 479 kasus dan kesembuhan 470 orang, yang menunjukkan bahwa pemerintah Kamboja sangat berhasil dalam mengatasi kasus Corona di domestiknya. Faktor lain yakni kepemimpinan baru AS bersama Joe Biden, di mana Kamboja menginginkan sebuah “hubungan baru” bersama AS. Mengingat tensi AS dan Kamboja cukup tinggi pada pemerintahan AS sebelumnya, Kamboja perlu menunjukkan kebijakan atau tindakan menunda latihan militer bersama China sementara ini, untuk melihat bagaimana dan kemana pemerintahan baru AS mengarahkan kebijakannya pada Kamboja, mengingat baik Kamboja dan AS masih sama-sama membutuhkan terutama dalam isu politik.
[1] Riyaz ul Khaliq, 2020, China, Cambodia hold military drill despite pandemic, Anadolu Agency, https://www.aa.com.tr/en/asia-pacific/china-cambodia-hold-military-drill-despite-pandemic/1767872
[2] Heimkhemra Suy, 2020, No simple solution to China’s dominance in Cambodia, East Asia Forum, https://www.eastasiaforum.org/2020/12/26/no-simple-solution-to-chinas-dominance-in-cambodia/
[3] Reuters, 2021, Coronavirus vaccines from China arrive in Cambodia, Bangkok Post, https://www.bangkokpost.com/world/2064083/coronavirus-vaccines-from-china-arrive-in-cambodia
[4] Glenn Snyder, 1991, Alliances, Balance, and Stability The Origins of Alliances. by Stephen M. Walt; The Balance of Power: Stability in International Systems. by Emerson M. S. Niou; Peter C. Ordeshook; Gregory F. Rose, International Organization, Vol. 45, No. 1 (Winter, 1991), pp. 121-142, p.130, http://www.jstor.org/stable/2706698 .