Negara-negara BRICS Membentuk Mata Uang Baru ‘Yang Fundamental’

Wakil Ketua Duma Negara Rusia, Alexander Babakov, mengatakan pada 30 Maret lalu bahwa blok BRICS dari negara-negara berkembang yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan bekerja untuk mengembangkan “mata uang baru” yang akan dipresentasikan di KTT mendatang di Durban.

Babakov bahkan menyatakan bahwa mata uang tunggal kemungkinan besar dapat muncul dalam organisasi BRICS dan ini akan dipatok tidak hanya pada nilai emas tetapi juga pada “kelompok produk lain, unsur tanah jarang, atau lainnya.”

Negara-negara anggota BRICS menyumbang lebih dari 40 persen populasi global dan sekitar seperempat dari PDB global. Dalam beberapa bulan terakhir, grup tersebut telah memposisikan dirinya sebagai alternatif kelompok “Global Selatan” dari grup negara-negara G7.

Awal bulan ini, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor mengungkapkan bahwa minat global terhadap BRICS “sangat besar”, menambahkan bahwa ia memiliki 12 surat dari negara-negara yang berminat di mejanya, termasuk UEA, Mesir, Argentina, Meksiko, dan Nigeria.

Beberapa negara di Asia Barat dan Afrika Utara telah menyatakan minat untuk bergabung dengan blok tersebut, termasuk Arab Saudi dan Aljazair. Tahun lalu, Iran secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan BRICS.

Berita tentang kemungkinan mata uang BRICS muncul ketika semakin banyak negara di seluruh dunia yang menjauh dari melakukan perdagangan dalam dolar AS sebagai akibat dari kebijakan pemaksaan ekonomi Washington. Namun, pernyataan dari Financial Times pada Februari lalu bahwa mata uang digital bersama ini bukan ide yang baik.

Walaupun kenaikan dolar selama setahun terakhir telah mengilhami banyak pemikiran dan harapan di pasar negara berkembang tentang pengurangan ketergantungan mereka pada mata uang dan kepekaan terhadap pasang surut suku bunga AS, tetapi mata uang digital baru tidak dapat menjadi solusi tepat bagi BRICS.

Masalahnya adalah bahwa BRICS bukanlah organisasi ekonomi yang efektif walaupun banyak peminatnya. Pada dasarnya, BRICS adalah gabungan dari perkawinan raksasa ekonomi China negara potensial seperti India dengan tiga eksportir komoditas yang pada dasarnya stagnan.

Selain itu, perekonomian juga terkadang suka disalahartikan bahwa sektor tersebut sangat berkaitan dengan perdagangan, pertumbuhan, dan keterbukaan keuangan. Selain itu, perekonomian Rusia jelas merupakan yang terlemah dari lima negara anggota BRICS tahun lalu akibat invasinya.