Bagaimana Teknologi Luar Angkasa Menentukan Pemenang Perang
Tensi dan kompetisi di luar angkasa yang terus meningkat belakangan ini tidak seharusnya mengagetkan. Dengan peran satelit yang terus meningkat, khususnya untuk militer, telah membuat ketergantungan terhadap teknologi luar angkasa untuk keperluan militer semakin tinggi. Akibatnya, perkembangan kapabilitas luar angkasa menjadi salah satu prioritas yang didorong oleh negara untuk dilaksanakan. Sehingga pada akhirnya kompetisi memang tidak dapat terhindar untuk mencari siapa yang akan memiliki gelar ‘terkuat’ di luar angkasa.
Selain untuk mencari gelar terkuat itu, meningkatnya depensi keamanan nasional terhadap satelit telah membuat negara semakin menyadari pentingnya luar angkasa demi melindungi keamanan mereka. Nyatanya, urusan militer dan teknologi luar angkasa semakin terintegrasi belakangan ini. Prancis menjadi negara pertama yang menunjukan bahwa latihan militer di luar angkasa juga sangat mungkin untuk dilakukan. Hal ini dengan sendirinya memicu negara-negara yang telah memiliki satelit berupaya untuk mengamankan satelit mereka dan yang belum memiliki berkeinginan untuk memiliki.
Pentingnya luar angkasa bagi negara pun tidak bisa dipisahkan dengan budget yang terus mengalami peningkatan. Amerika Serikat dan China memiliki budget luar angkasa cukup besar dan ambisi mereka yang jelas tentang penggunaan luar angkasa membuat pembicaraan mengenai persaingan tidak akan jauh dari keduanya. Entah AS atau China, salah satu diantara keduanya akan menjadi pemenang perang dan kali ini akan tergantung dari siapa terkuat di luar angkasa.
Teknologi Luar Angkasa dalam kompetisi AS-China
Dengan motivasi yang jelas dan kapabilitas yang dimiliki oleh China di luar angkasa, memang tidak mengherankan apabila China dinobatkan sebagai saingan berat AS. Jika AS beperang dengan China saat ini, AS mungkin tidak dapat memastikan kemenangannya. Pada 2018, dilaporkan bahwa lebih dari 70% senjata dan peralatan militer AS bergantung pada satelit.[1] Presentasi ini mungkin lebih besar pada hari ini mengingat ketergantungan terhadap teknologi yang semakin besar. Hal ini mengindikasikan apabila satelit AS tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan malfungsi militer di AS. Sehingga dapat menghambat bahkan mengganggu kinerja maupun operasi militernya.
Militer AS pernah mengalami dampak dari serangan terhadap satelitnya yaitu pada Perang Teluk. Serangan kecil terhadap satelit mereka ternyata mampu membuat satelit itu terganggu dan mengakibatkan dampak destruktif terhadap operasi militer AS dalam perang tersebut.[2] Bukannya menghapus peran satelit dalam operasi militernya, AS justru semakin memperkuat dan meningkat kualitas satelit-satelit mereka agar bisa bertahan dari serangan-serangan. Sehingga, investasi AS terhadap pengembangan satelit untuk kepentingan militer pun terus naik.
Berbeda dengan AS, China belum memiliki track record terhadap kegagalan satelit yang menyebabkan lumpuhnya operasi militer mereka. Selain karena transparansi data mengenai kegagalan China sangat minim tidak seperti AS, minimnya track record ini juga dipengaruhi China yang tidak aktif dalam perang seperti AS. Intensi pengembangan kapabilitas luar angkasa China baru secara masif dimulai beberapa tahun terakhir. Sehingga, hal ini mempengaruhi minimnya data mengenai lumpuhnya satelit yang melemahkan operasi militer.
Ketergantungan AS terhadap satelit menjadi satu kelemahan yang dapat dimanfaatkan oleh China. Walaupun kapabilitas militernya terus berkembang, China masih dinilai belum mampu untuk menghabisi militer AS secara keseluruhan. Namun, China dapat melemahkan militer AS dengan melemahkan satelitnya dan menyerang pada saat itu. Hasilnya memang belum dapat dipastikan tapi kemungkinannya sangat besar serangan itu akan menyebabkan kehancuran besar pada militer AS.
Bagaimana jika keduanya benar-benar berperang? Kemungkinan konflik yang mengarah ke pecahnya perang di antara AS dan China diperkirakan akan terjadi di wilayah Indo-Pasifik, entah di Laut atau Udara.[3] Beberapa tahun kebelakang hal ini hanyalah sebuah perkiraan, namun perkiraan itu dapat menjadi nyata dalam waktu dekat. Aktivitas kedua negara terus meningkat di wilayah Indo-Pasifik dengan tidak hanya mengirimkan militer dan kapal perang sekaligus melatih militer mereka di wilayah tersebut, khususnya di Laut China Selatan.
Wilayah Indo-Pasifik sangat luas dan sebagian besar adalah lautan, Global Positioning System (GPS) dinilai merupakan teknologi paling esensial untuk keperluan operasi militer di wilayah tersebut. China dilaporkan terus memperkuat satelit GPS dan kerap kali menggunakan GPS melalui latihan force-on-force.[4] Sementara itu untuk AS, jelas GPS telah menjadi aset kritikal dalam arena perang baik di darat, laut dan udara selama ini. Pencarian, penyelamatan sampai peluncuran misil dan nuklir AS semuanya mengandalkan GPS.[5] Sehingga lumpuhnya satelit akan mengakibatkan dampak destruktif yang mungkin tidak bisa diperkirakan keduanya.
Perang mungkin tidak lagi mengenai serangan militer di darat, laut ataupun udara. Cukup melemahkan satelit milik lawan dan menyerang pada saat itu akan membuat kerusakan yang besar pada negara lawan. Untuk itu, satelit harus terus ditingkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Akhirnya, pemilik kapabilitas teknologi luar angkasa terkuat akan menentukan pemenang perang di Bumi. Hal ini tentu saja telah disadari oleh AS-China yang ditunjukan dengan persaingan yang terus memanas dalam pengembangan kapabilitas di luar angkasa, khususnya berkaitan dengan kepentingan militer.
Pada akhirnya walaupun tidak mudah, selalu ada jalan untuk perdamaian dan menjaganya. Hanya sekarang tergantung pada bagaimana negara-negara lain memperjuangkan agenda perdamaian dan menghentikan potensi pecahnya konflik antara AS-China yang lebih besar. Sama seperti bagaimana manusia berhasil mengeksplorasi dan menggunakan luar angkasa yang sebelumnya dipikir sebagai hal mustahil, perdamaian yang dipikir mustahil hari ini juga tentu bisa dicapai.
[1]Sandra Erwin, “Army Troops Could be Headed to the Space Force”, 27 Juni 2018, https://spacenews.com/army-troops-could-be-headed-to-the-space-force/
[2] James A. Lewis, “Between the US and China: the Dynamics of Military Space”, IFRI, 2007
[3] Brandon J. Weichet, “Coming soon: China’s Space War Against the US”, 8 April 2021, https://asiatimes.com/2021/04/coming-soon-chinas-space-war-against-the-us/
[4] Indo-Pacific Defense Forum, “Indo-Pacific Space Age”, Indo-Pacific Defensi Forum, Juni 15 2020, https://ipdefenseforum.com/2020/06/indo-pacific-space-age/
[5] US Department of Defense, “Protecting America Global Positioning System”, https://www.defense.gov/explore/spotlight/protecting-gps/