Kemerdekaan Skotlandia: Dampak Brexit?
Brexit jelas telah memberikan berbagai dampak pada Uni Eropa maupun Britania Raya (United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland). Isu kemerdekaan Skotlandia semakin mencuat setelah peristiwa tersebut. Kemerdekaan Skotlandia itu digadang-gadang sebagai harga yang harus dibayarkan oleh Britania Raya akibat keluar dari Uni Eropa yang menempatkan Skotlandia untuk memilih antara Uni Eropa atau Britania Raya. Dapatkan Skotlandia merdeka dari Britania Raya?
Kembali mencuatnya agenda kemerdekaan Skotlandia yang kali ini diprovokasi oleh Brexit. Sebanyak 62% dari jumlah suara rakyat Skotlandia memilih agar Britania Raya tetap berada dalam keanggotaan Uni Eropa.[1] Walaupun sayangnya, hasil akhir dari referendum itu berasal dari total suara rakyat Britania Raya, yang selain Skotlandia, di dalamnya ada Inggris, Irlandia Utara, dan Wales. Besarnya jumlah suara dari rakyat Skotlandia itu memperlihatkan bahwa rakyat Skotlandia tetap ingin berada dalam Uni Eropa dan tidak menyetujui terjadinya Brexit.
Isu kemerdekaan Skotlandia bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya di tahun 2014, Parlemen Britania Raya telah memberikan persetujuan untuk melaksanakan referendum mengenai kemerdekaan Skotlandia yang dilakukan melalui pemungutan suara langsung oleh rakyat Skotlandia. Sebanyak 55% dari jumlah total suara yang masuk menyatakan menolak kemerdekaan.[2] Hasil ini telah menentukan masa depan Skotlandia untuk tetap berada dalam kekuasaan Britania Raya.
Sebelumnya, isu kemerdekaan Skotlandia lebih banyak diakibatkan adanya rasa nasionalisme yang berbeda antara Skotlandia dengan Inggris. Sebelum secara konstitusi keduanya membentuk Britania Raya, Skotlandia dan Inggris telah melalui begitu banyak perang saudara. Hal ini menyebabkan rasa nasionalisme dan identitas keduanya cukup berbeda masing-masing. Akibatnya, kerap kali terjadi pergerakan-pergerakan nasionalis khususnya dari Skotlandia yang tidak memiliki kekuasaan sebesar Inggris di Britania Raya untuk merdeka.
Pergerakan nasionalisme Skotlandia hanya memiliki satu tujuan, yaitu untuk merdeka secara penuh. Tentu saja pergerakan ini tidak mudah, namun meningkat ketika Skotlandia akhirnya diizinkan untuk memiliki Parlemennya sendiri.[3] Melalui hal itu, mulai berdiri beberapa partai politik di Skotlandia dan Scottish National Party (SNP) sebagai partai paling dominan. Keinginan untuk merdeka semakin besar dengan dominasi SNP di Parlemen Skotlandia karena kemerdekaan itu sendiri adalah tujuan utama dari partai ini.
Satu-satu cara Skotlandia bisa merdeka dengan damai dari Britania Raya adalah melalui referendum. Walaupun Skotlandia memiliki parlemen sendiri, kekuasaan untuk melakukan referendum hanya berada di Parlemen Britania Raya. Referendum untuk dasar kemerdekaan Skotlandia hanya bisa dilaksanakan dengan persetujuan dari Parlemen Britania Raya. Setelah Referendum terakhir di tahun 2014, Parlemen Britania Raya selalu menolak pengajuan pelaksanaan Referendum oleh Parlemen Skotlandia. Perdana Menteri Britania Raya, Boris Johnson, menyatakan bahwa nasionalis Skotlandia harus menerima hasil Referendum 2014 sebagai peristiwa sekali dalam satu generasi.[4] Hal ini mengindikasikan bahwa Parlemen Britania Raya tidak akan mengizinkan terjadinya Referendum yang sama dalam waktu dekat.
Jika Parlemen Skotlandia memaksa melaksanakan Referendum, hasil apapun dari referendum itu akan dianggap tidak sah. Pelaksanaan referendum tanpa persetujuan dari parlemen Britania Raya sudah sangat tidak sah. Skotlandia akan melanggar perjanjian-perjanjian yang sebelumnya telah disepakati dengan Britania Raya. Satu-satunya cara agar dapat menyelenggarakan Referendum adalah dengan persetujuan dari Parlemen Inggris. Untuk itu, Skotlandia harus membuat Britania Raya menandatangani perjanjian baru agar referendum dapat terlaksana.
Kecewanya rakyat Skotlandia terhadap hasil akhir dari Referendum 2016 dinilai menjadi hal yang semakin provokasi keinginan untuk merdeka semakin tinggi. Skotlandia yang memilih untuk bertahan tetap harus keluar dan seolah-olah dipaksa untuk mengikuti apa yang bukan menjadi keinginannya karena tergabung dalam Britania Raya.[5] Kemerdekaan dilihat sebagai satu-satunya jalan keluar agar dapat bergabung kembali ke Uni Eropa yang menjadi keinginan mayoritas dari rakyat Skotlandia. Sehingga, banyak yang berpikir bahwa hasil referendum kemerdekaan Skotlandia berikutnya akan berbeda dari sebelumnya.
Lalu, apakah agenda kemerdekaan ini mendapatkan dukungan yang berbeda dari tahun 2014? Berdasarkan hasil survei tahun 2019, memang terdapat peningkatan dukungan terhadap kemerdekaan Skotlandia ketika Britania Raya melakukan negosiasi Brexit. Dari rata-rata hasil survei yang ada, disimpulkan bahwa sebanyak 49% mendukung kemerdekaan pada 2019. Survei lain yang dilakukan pada pertengahan sampai akhir tahun 2020 menunjukan persentase dukungan rakyat Skotlandia terhadap kemerdekaannya berada diantara 51-59%.[6] Peningkatan ini diperkirakan terjadi karena pada referendum 2014 ada golongan pemilih yang memilih ‘Tidak’ untuk kemerdekaan tapi tetap berada dalam Uni Eropa. Sehingga ketika sekarang Britania Raya tidak lagi berada di Uni Eropa, golongan pemilih ini berpindah memilih ‘Ya’ agar merdeka dan kembali ke keanggotaan Uni Eropa. Selain itu, mungkin juga dikarenakan penanganan COVID oleh pemerintah Britania Raya yang dianggap tidak efektif.
Walaupun berdasarkan survei mayoritas rakyat Skotlandia mendukung kemerdekaan, pada dasarnya hasil itu tidak pasti akan menjadi hasil akhir referendum. Hasil dari referendum selanjutnya akan bergantung pada bagaimana SNP dapat mempengaruhi dan memenangkan hati rakyatnya untuk memilih merdeka. Mereka bisa mencontohi strategi yang dilakukan oleh kelompok pro-Brexit sebelum referendum 2016 digelar. Masih terlalu dini untuk memprediksi apakah Skotlandia akan berhasil melaksanakan referendum mengingat respon Parlemen Britania Raya setelah referendum 2014. Skotlandia mungkin membutuhkan beberapa tahun lagi untuk referendum kedua sampai Parlemen Britania Raya mengizinkan dan tentunya kemerdekaan itu akan terjadi jika hasil referendum memilih merdeka.
[1] Sara C. Lichon, Scottish Independence in the Age of Brexit, Ramapo College Honors Program, 2018
[2] BBC News, Scottish Referendum: Scotland Votes ‘No’ to Independence, 19 September 2014, https://www.bbc.com/news/uk-scotland-29270441
[3] Ibid., Lichon. 3-4
[4] Severin Carrell, Boris Johnson: Stop endless talk about new Scottish Referendum, The Guardian, 28 Januari 2021, https://www.theguardian.com/world/2021/jan/28/scotland-benefited-uk-support-covid-fight-boris-johnson
[5] BBC New, Scottish Independence: Will there be a second referendum?, 22 Maret 2021, https://www.bbc.com/news/uk-scotland-scotland-politics-50813510
[6] Eve Hepburn, Michael Keating, & Nicola McEwen, Scotland’s New Choice: Independence after Brexit, Centre on Constitutional Change, 2021, 26-27