Pertempuran Atlantik: Kampanye Militer Terpanjang pada Perang Dunia II

Pertempuran Atlantik adalah pertempuran berkelanjutan terpanjang dalam Perang Dunia Kedua. Pertempuran ini  dimulai pada September 1939 dan berakhir hampir enam tahun kemudian dengan menyerahnya Jerman pada Mei 1945.  Pertempuran ini dimulai dimana negara sekutu yakni Inggris sebagai kekuatan maritim dengan armada dagang terbesar di dunia, tetapi ketergantungannya yang besar pada makanan impor (termasuk daging dan produk susu dari Selandia Baru), bahan bakar, dan bahan mentah membuatnya rentan terhadap blokade. Strategi Atlantik Jerman sederhana: dengan menghancurkan kapal-kapal dagang dan kargo Inggris lebih cepat dari yang bisa menggantikannya. Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Winston Churchill pada tahun 1941, “Segalanya berubah dalam Pertempuran Atlantik.

Perang Atlantik adalah perjuangan antara pasukan Sekutu dan Jerman untuk menguasai Samudra Atlantik. Sekutu perlu menjaga aliran vital manusia dan pasokan antara Amerika Utara dan Eropa, di mana mereka dapat digunakan dalam perang, sementara Jerman ingin memotong jalur pasokan ini. Untuk melakukan hal ini, kapal selam Jerman, yang disebut U-boat, dan kapal perang lainnya berpatroli di Samudra Atlantik untuk menenggelamkan kapal-kapal angkut Sekutu.

Pada awal perang, kapal U-boat Jerman sangat merugikan pelayaran dagang karena Sekutu berjuang untuk menemukan cara yang efektif untuk memerangi ancaman musuh. Antara tahun 1939 dan 1942, Jerman meningkatkan jumlah U-boat dari 30 menjadi 300 dan mengembangkan teknik berburu yang efektif seperti menggunakan kelompok kapal selam, yang disebut wolfpack, untuk menyerang konvoi. Upaya Jerman pada awalnya membuahkan hasil, dengan 454.000 ton muatan hilang akibat U-boat Jerman pada bulan Juni 1941. Keberhasilan Jerman terus berlanjut karena hampir 400 kapal Sekutu ditenggelamkan antara Januari dan Juli 1942, sementara hanya tujuh kapal U-boat yang hilang. Situasi ini sangat serius bagi Sekutu, karena kapal-kapal dagang ditenggelamkan lebih cepat daripada yang bisa digantikan, sehingga membuat jalur suplai antara Amerika Utara dan Eropa dalam risiko besar.

Pada perang ini keberadaan teknologi memainkan peran penting dalam Perang Atlantik. Pesawat terbang sangat efektif dalam melindungi kapal-kapal dagang, tetapi pesawat Sekutu yang digunakan pada awal perang tidak memiliki jangkauan yang cukup untuk memberikan perlindungan udara bagi konvoi-konvoi yang melintasi Atlantik. Situasi, area tengah lautan Atlantik yang berada di luar jangkauan pesawat dikenal sebagai “Lubang Hitam” karena menjadi lokasi banyaknya kerugian konvoi terberat terjadi.

Kedua belah pihak terus berusaha untuk unggul dalam teknologi dan taktik selama Perang Atlantik. Jerman mengembangkan torpedo yang tertarik pada suara baling-baling kapal. Ilmuwan Sekutu merespons dengan menciptakan alat pembuat suara yang ditarik di belakang kapal untuk mengalihkan torpedo. Teknologi radar dan sonar (ASDIC) yang baru membantu Sekutu menemukan U-boat dan senjata baru, seperti bom “Landak”, membantu menenggelamkan kapal selam dengan lebih efektif. Jerman juga mengembangkan kemajuan teknologi seperti tabung snorkel yang memungkinkan U-boat menjalankan mesin dieselnya saat melaju di bawah air dan radar di dalam kapal yang meningkatkan kemampuan kapal selam mereka. Pada akhirnya, peralatan dan taktik yang lebih baik dari Sekutu akhirnya membantu membalikkan keadaan, dengan armada kapal U-boat yang menderita kerugian besar selama fase-fase akhir perang.

Perang ini sangat penting bagi kemenangan Sekutu dalam Perang Dunia Kedua, karena rute pasokan di Samudra Atlantik sangat penting dalam memungkinkan Sekutu untuk mempercepat pembangunan kekuatan udara, pengangkutan pasukan, makanan, obat-obatan, dan peralatan untuk invasi ke benua Eropa pada tahun 1944. Perang mencapai klimaksnya pada awal 1943, ketika Sekutu berhasil menenggelamkan hampir 100 kapal U-boat Jerman dalam lima bulan pertama tahun itu, yang secara signifikan berdampak pada kemampuan Jerman untuk mengancam pelayaran Sekutu. Ini bukanlah akhir dari Pertempuran Atlantik, tetapi merupakan momen yang menentukan. Meskipun U-boat Jerman kembali ke Atlantik, mereka tidak pernah lagi menimbulkan ancaman yang sama, dan rute pasokan Atlantik diamankan oleh Sekutu. Selama perang, sekitar 5.000 kapal Inggris dan Sekutu tenggelam dan sekitar 65.000 pelaut Sekutu dan pedagang hilang.

Meskipun ranjau, pesawat pengebom, dan kapal permukaan akan memakan banyak korban, ancaman paling mematikan adalah kapal selam, atau U-boat. Strategi pertahanan Sekutu dalam mengahadapi serangan U-boat dalam Perang Atlantik didasarkan pada tiga faktor utama: sistem konvoi, di mana kapal-kapal dagang digiring melintasi Atlantik Utara dan di tempat lain dalam formasi hingga 60 kapal, dilindungi, sejauh mungkin, oleh pengawalan angkatan laut dan pesawat patroli; kerja keras intelijen sinyal Sekutu yang dilakukan secara rahasia dan melelahkan, terutama pemecahan kode Enigma yang canggih dari U-boat; dan, terutama sejak tahun 1943, pengerahan pesawat terbang jarak jauh dan pasukan pengawalan yang lebih kuat serta lebih lengkap.