Dukungan untuk Populisme Terus Menurun Selama Pandemi Covid-19
Survey dari YouGov menyatakan terdapat penurunan dukungan yang tajam atas sentimen populis di Eropa hingga 11 persen.
Apa itu populisme?
Populisme, khususnya dalam politik pasca-milenium, biasanya mengacu pada populisme kanan. Biasanya populisme dicirikan dengan seruan politik bermuatan emosional untuk mengatasi krisis melalui neo nasionalisme, maskulinisme, dan isu lain yang mengabaikan norma-norma demokrasi liberal.
Populisme menginginkan adanya arus dukungan masyarakat yang merasa kebutuhan dan pandangannya diabaikan oleh pemerintahan yang sedang berkuasa.
Elit populis akan mengklaim bahwa dirinya membawa solusi dari permasalahan rakyat, sehingga dapat mendapat dukungan dari ‘simpati’ politiknya. Selain itu, elit populis juga akan mengkotakkan politik antara orang biasa dengan elit korup.
Muller dan Urbinati memandang populisme (kanan) sebagai parasit demokrasi liberal yang tumbuh di masa krisis hingga akhirnya membahayakan negara.
Ilmuwan politik melihat adanya pola yang jelas mengenai penurunan dukungan untuk populisme, namun menyatakan hasil survey dapat menutupi tingkat radikalisme di antara pemilih populis. Kondisi pandemi Covid-19 juga diyakini menjadi salah satu faktor.
Kemunduran dukungan populisme
Salah satu survey menemukan bahwa terdapat penurunan dukungan orang dewasa di Prancis terkait “kehendak rakyat harus menjadi prinsip tertinggi dalam politik negara ini,” sebagai prinsip populis utama terus turun dari 66 persen pada 2019, menjadi 62% pada 2020, dan 55% pada 2021.
Tidak hanya di Eropa, survey yang dilakukan di 109 negara sejak tahun 2020 juga menggambarkan hasil yang sama. Dukungan untuk partai dan politisi populis, dan kesepakatan dengan sentimen populis, telah berkurang selama pandemi.
Tim dari Universitas Cambridge mengatakan ada tanda-tanda yang jelas dari mundurnya “gelombang populis.” Salah satunya yakni penanganan yang salah dan kurang tepat dari pemimpin populis atas pandemi Covid-19.
Kondisi pandemi mendorong adanya keinginan mencapai stabilitas dan penurunan sikap “polarisasi” akibat pandemi. Krisis yang terjadi mulai mempengaruhi opini publik, terutama pandangan terhadap aspek politik.
Kepercayaan terhadap proses demokrasi terus goyah, bahkan muncul ketidakpercayaan pada elit yang meningkat sejak Covid-19 muncul.
Secara rata-rata, para pemimpin populis mengalami penurunan hingga 10 poin persentase pada tahun 2020 dan akhir 2021. Sementara peringkat untuk non-populis rata-rata kembali ke sekitar tingkat pra-pandemi.