Ratusan Jam Negosiasi Terkait Pernyataan tentang Ukraina di G20

Setelah ratusan jam negosiasi dan lebih dari satu lusin naskah, perwakilan dari negara-negara terkaya di dunia dihadapkan pada pilihan sulit terkait pernyataan mereka tentang Ukraina. Terlebih, tidak ada pertemuan G20 dalam 15 tahun terakhir yang berakhir tanpa pernyataan.

Saat waktu semakin menipis, para pemimpin G20 kemudian membuat pernyataan yang menghindari setiap kecaman eksplisit terhadap invasi Rusia, dan lebih memilih untuk membuat janji dari 20 negara anggota untuk menghormati integritas wilayah dan bekerja menuju perdamaian dan tidak menggunakan kekerasan untuk merebut wilayah. Konsensus ini mengejutkan karena persepsi anggota G20 terpecah belah mengenai perang di Ukraina, dimana negara-negara Barat sebelumnya mendorong kecaman keras terhadap Rusia, sementara negara-negara lainnya menuntut fokus pada isu-isu ekonomi yang lebih luas.

Empat diplomat yang terlibat dalam perbincangan tersebut menjelaskan proses yang sulit yang menghasilkan dokumen yang meskipun mendapat dukungan publik dari Gedung Putih, membuat banyak pendukung Ukraina merasa sangat kecewa. Ukraina sendiri menyebut dokumen tersebut “tidak ada yang bisa dibanggakan.” Perbincangan berlangsung selama lebih dari 200 jam pertemuan dan melibatkan 15 naskah yang berbeda, menurut pejabat pemerintah India yang bertanggung jawab atas perbincangan tersebut. Selama proses tersebut, perwakilan dari Rusia dan Tiongkok terus berusaha menghilangkan bahasa yang “tegas” mengenai invasi Moskow, kata para diplomat.

Dapat dikatakan, fokus dari pernyataan ini beralih dari pernyataan G20 tahun lalu yang diadopsi di Bali yang mengutuk agresi Rusia di Ukraina. Perwakilan dari beberapa negara berkembang yang diwakili dalam G20, banyak di antaranya menjalin hubungan dengan Moskow, juga menyatakan keraguannya tentang mencantumkan bahasa yang tegas menentang Moskow dalam pernyataan tahun ini, yang mengakibatkan perbincangan panjang tentang bagaimana menggambarkan konflik tersebut. Para diplomat yang terlibat mengatakan perdebatan tentang Ukraina terbukti menjadi bagian yang paling rumit dari perbincangan, dengan beberapa versi draf pernyataan bahkan tidak mengandung bahasa tentang konflik tersebut, dilansir dari CNN.

Menjelang hari-hari pertemuan puncak, banyak pihak sudah yakin bahwa pernyataan apapun yang disepakati oleh para pemimpin akan mengandung bahasa yang kurang “lantang” dari pernyataan tahun lalu. Bahkan Presiden Prancis Emmanuel Macron juga tampak mengakui bahwa pernyataan tersebut tidak sepenuhnya memuaskan.” Kita harus menghadapinya bahwa G20 bukan forum untuk diskusi politik,” katanya di New Delhi, menyarankan bahwa pertemuan ini lebih cocok untuk pembicaraan tentang ekonomi dan perubahan iklim.

Pejabat Gedung Putih dengan cepat memuji dokumen tersebut sebagai “signifikan” dan “belum pernah terjadi sebelumnya,” dan mereka menunjukkan bahkan tanpa menyebut secara eksplisit invasi Rusia. Biden sendiri mengatakan pada 10 September 2023 bahwa pernyataan akhir dari G20 kali ini tidak mewakili “penyimpangan” dengan hubungan negara-negara selatan dengan Rusia, sebaliknya, katanya, itu mencerminkan ketidak-kompakan Rusia. Akhirnya, pernyataan tersebut berhasil meyakinkan negara-negara seperti Brasil dan Afrika Selatan yang tidak memihak dalam perang untuk setuju dengan pernyataan bersama.