Daerah Kekuasaan Taliban Terus Meluas, Afghanistan Terancam “Collapse?”
Dampak dari upaya mundurnya tentara Amerika Serikat dari Afghanistan semakin terlihat. Dalam satu minggu terakhir, Kelompok Taliban berhasil menguasai 10 provinsi di wilayah Afghanistan. Kota-kota penting, termasuk gedung pemerintahan, sekolah, perumahan, dan lain-lain dikuasai oleh kelompok yang berafiliasi dengan kejahatan transnasional ini.
Sekitar satu per tiga yakni 34 provinsi dari total provinsi yang ada sudah di bawah kendali Taliban. Taliban juga sudah menguasai Kota Ghazni, yang hanya berjarak 150 km dari Ibu Kota, Kabul. Kekuasaan Taliban ini diprediksi akan semakin meluas dan mendekat ke Ibu Kota, Kabul.
Mohammad Noor Rahmani, Kepala Dewan di Provinsi Sar-e Pul Selatan, mengatakan bahwa kelompok Taliban sudah melumpuhkan provinsinya hanya dalam waktu seminggu, meskipun sudah ditahan oleh militer pemerintahan.
Namun, kekuatan militer dan kelompok pro-pemerintah Afghanistan juga sudah banyak yang mundur dan menyerah pada Taliban tanpa perlawanan, sehingga kelompok ini pun kembali berhasil menguasai seluruh provinsi.
Melihat pergerakan dan perluasan kekuasaan ini, maka tidak mustahil juga jika Taliban bisa menguasai wilayah penting lain yang akhirnya bisa mendominasi dan melumpuhkan Afghanistan. Bahkan, pejabat di Pentagon memprediksikan Afghanistan akan jatuh di tangan Taliban dalam kurun waktu hanya satu hingga tiga bulan ke depan
Gelombang pengungsi dan korban sipil
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), selama satu bulan terakhir sekitar seribu warga sipil tewas terbunuh di Afghanistan.
Banyak laporan yang menunjukkan bahwa Taliban menargetkan warga sipil dan pembunuhan elit politik senior di Afghanistan. Namun, Taliban menyangkal tuduhan tersebut dan menyatakan tidak pernah menargetkan warga sipil.
Dalam kondisi konflik bersenjata, akan sulit membedakan mana sipil maupun militer, sehingga tidak dipungkiri banyak korban tak bersalah menjadi turut menjadi korban dari konflik berkepanjangan ini.
Kondisi ketidakstabilan mendasar di Afghanistan ini juga meningkatkan gelombang pengungsi, di mana ribuan orang mengungsi dari wilayah provinsi selatan ke berbagai wilayah domestik dan internasional untuk mendapat perlindungan.
Kamp-kamp pengungsi sudah banyak dibangun di wilayah Kabul, namun tidak sedikit juga warga yang tidur di jalanan. Perlindungan ini hanya bersifat sementara, terutama jika melihat potensi ancaman yang diberikan Taliban pada sipil maupun militer.
Ratusan personel militer dan pengungsi juga terus berupaya menyelamatkan diri ke perbatasan yakni Iran dan Tajikistan yang memunculkan risiko keamanan baru bagi Rusia dan wilayah Asia terkait kelompok radikal yang bisa menyusup.
Respon aktor internasional terkait isu Afghanistan
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan berencana akan bertemu dengan pemimpin Taliban untuk memastikan adanya perdamaian di Afghanistan.
Di sisi lain, pemerintah Jerman mengeluarkan ancaman akan memberhentikan bantuan ekonomi sekitar USD500 juta ke Afghanistan jika Taliban berhasil mengambil alih negara. Jerman juga membekukan repatriasi masyarakat Afghanistan yang gagal saat proses pencarian suaka di Jerman, yang mana kebijakan ini juga diikuti oleh Prancis.
Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengatakan tidak memiliki rencana mengubah keputusan penarikan kekuatan militernya, sehingga meminta para pemimpin Afghanistan untuk berunding bersama demi kesatuan negaranya sendiri.