Setahun Intimasi Bersama COVID-19, Kapan Pandemi Ini akan Berakhir?
Berbagai upaya dilakukan untuk menangani pandemi COVID-19. Beberapa negara melakukan lockdown ketat dan pembatasan kontak fisik secara langsung. Seluruh aktivitas pendidikan dilakukan secara virtual sebagai salah satu langkah untuk menekan penularan. Walaupun demikian pandemi ini belum berhasil dikalahkan ditandai angka kematian yang telah melewati 3 juta jiwa. Kurang lebih setahun bersama dengan COVID-19, pertanyan kapan pandemi ini akan berakhir telah menjadi hal yang masih membuat orang bertanya-tanya. Upaya vaksinisasi yang saat ini terus dipercepat membawa harapan bahwa akhir dari pandemi ada di depan mata. Tapi, kapan pandemi ini sebenarnya akan berakhir?
Jika melihat pandemi yang terjadi sebelumnya yaitu Spanish Flu pada tahun 1918-1920,terdapat kurang lebih 2 tahun untuk dapat hidup kembali dengan ‘normal’. Walaupun normal disini dalam pengertian beberapa ahli bukan kembali normal senormal sebelum pandemi covid-19 terjadi. COVID-19 diketahui lebih menular dibandingkan dengan pandemi sebelumnya sehingga diprediksi akan terus bermutasi menjadi varian baru kemana virus ini pergi dan beradaptasi.
Sejak pandemi ini dimulai, para ahli telah berupaya untuk membuat vaksin secepat mungkin yang aman agar bisa menyelamatkan banyak jiwa dari COVID-19. Tidak hanya dapat dibuat dengan waktu cepat, vaksin itu juga harus memiliki efektifitas yang tinggi terhadap covid-19 terutama untuk kelompok yang sangat rentan terhadap penularan virus tersebut.[1] Vaksinisasi yang tercatat telah dilakukan oleh beberapa negara sejak Desember 2020. Israel menjadi negara dengan angka pemberian vaksin tertinggi yaitu sebesar 61% diikuti oleh Britania Raya dengan 48% populasi telah diberikan vaksin per data tanggal 19 April 2021.[2]
Setelah vaksinisasi, lalu apa?
Vaksin dianggap sebagai hal yang dapat membuat kita imun terhadap COVID-19. Namun, menurut beberapa ahli hal itu tidak serta merta membuat aktivitas dan kebiasaan kembali normal seperti sebelumnya. Menurut Dr. Jerome Kim, sekalipun vaksinisasi telah dilaksanakan akan butuh waktu bertahun-tahun untuk dapat kembali beraktivitas secara ‘normal’ seperti sebelumnya.[3] Sehingga, memakai masker dan menjaga jarak masih harus terus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, lebih baik lagi jika terus dilakukan.
Pandemi dapat dikatakan akan berakhir ketika virus tidak lagi menular dan menyebabkan kematian walaupun sebenarnya virus itu masih ada. Hal ini didapatkan dari kesimpulan mengenai Spanish Flu yang virusnya tetap ada sampai sekarang namun tidak lagi mematikan. Walaupun tidak lagi mematikan tapi sebenarnya virus itu masih menyebabkan kematian karena telah berkembang menjadi flu musiman akibat mutasi yang terjadi.[4] Diprediksi bahwa hal yang sama akan terjadi juga pada COVID-19 di mana virus ini akan tetap ada tapi tidak lagi mematikan karena imunitas tubuh manusia telah meningkat pasca vaksinisasi.
Kembali ke pertanyaan utama, lalu kapan pandemi akan berakhir? Satu hal yang pasti, semua orang harus divaksin terlebih dahulu agar memiliki kekebalan tubuh yang kuat melawan COVID-19. Sampai saat itu tibe barulah pandemi ini akan berakhir. Untuk mencapai hal itu, negara-negara terus mengupayakan proses vaksinisasi berjalan dengan cepat dan efektif. Menurut WHO, sebagaimana dinyatakan oleh Direkturnya, awal 2022 pandemi akan telah berakhir ketika semua orang telah imun terhadap virus tersebut.[5] Jika vaksinisasi ini berjalan lancar dan hasil dari vaksin sesuai dengan yang diharapkan, 2022 akan menjadi tahun di mana transisi untuk kembali ke aktivitas normal dapat dilakukan.
Walaupun demikian, kita perlu menyadari bahwa masa depan itu tidak pasti. COVID-19 yang masih bermutasi menjadi lebih mematikan dalam waktu dekat yang membuka kemungkinan vaksin tidak dapat bekerja dengan maksimal melawan virus tersebut. Hal ini semakin mengancam human security, terutama kelangsungan hidup sebagai hal yang terpenting. Pemerintah harus dapat menjamin kelangsungan hidup warna negaranya sebagaimana yang tercantum dalam resolusi Sidang Umum PBB 64/291, tentunya menjamin kehidupan warga negara dari ancaman pandemi termasuk di dalamnya.[6] Oleh karena itu, hal yang paling penting yang harus dilakukan saat ini adalah kolarabosi penelitian dan pengembangan untuk bersama menemukan cara paling efektif mengatasi pandemi, hari ini maupun pandemi yang akan datang. Selain itu, pemerintah tentunya tidak bisa bekerja sendiri. Sifat COVID-19 yang sangat kompleks menjadikan penanganan terhadap covid bukan hanya kewajiban dari pemerintah tetapi juga masyarakat untuk menjaga dan melindungi satu sama lain dari penularan virus itu. Hal ini juga sama penting tapi sering kali terlupakan yaitu pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah menjalankan regulasi yang perlu dijalankan untuk melawan pandemi ini. Ketika dua entitas ini mampu bekerjasama dengan harmonis dan menjalankan kewajibannya masing-masing, pandemi ini pasti akan berakhir bahkan mungkin lebih cepat dari waktu yang telah diperkirakan sebelumnya.
[1] Sarun Charumilind, dkk. “When Will the COVID-19 Pandemic End?”, Healthcare Systems & Services Practice, McKinsey & Company, September 2020.
[2] Hannah Ritchie, dkk. “Statistics and Research Coronavirus (COVID-19) Vaccinations”, https://ourworldindata.org/covid-vaccinations.
[3] Jerome Kim dalam Interview Asian Boss, “You Need To Listen To This Leading Vaccine Expert From Korea | STAY CURIOUS #30”, 13 November 2020, https://youtu.be/ebw1DlaY0yE
[4] Teddy Amenabar, “’The 1918 Flu is Still with Us’: The Deadliest Pandemic Ever is still causing problems today”, The Washington Post, 4 September 2020, https://www.washingtonpost.com/history/2020/09/01/1918-flu-pandemic-end/
[5] DW, “Is the end of the coronavirus pandemic in sight?”, https://www.dw.com/en/is-the-end-of-the-coronavirus-pandemic-in-sight/a-56740737
[6] General Assembly resolution 64/291, Follow-up to General Assembly resolution 64/291 on human security: report of the Secretary-General, A/66/763, 5 April 2012