Pemilihan Umum Presiden Kolombia Lanjut Putaran Kedua
Masyarakat Kolombia baru saja menggelar pemilihan presiden Kolombia putaran pertama pada Minggu (29/5) lalu. Dalam putaran pertama ini, dibutuhkan suara kandidat yang memegang mayoritas yakni melebihi angka lima puluh persen. Jika angka ini belum tercapai, maka akan diadakan putaran kedua pada 19 Juni mendatang. Pemilihan putaran pertama dimulai pagi dan ditutup sore pukul 4 waktu setempat tanpa laporan kekerasan besar.
Putaran pertama dalam pemilihan presiden menunjukkan adanya polarisasi masyarakat yang diwarnai oleh ketidakpercayaan dan kekecewaan karena masih terdapat gerakan protes terutama dari para masyarakat muda. Pemilihan ini tetap dilangsungkan di tengah kejatuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19, ketidakstabilan sosial, dan situasi keamanan yang memburuk.
Tidak ada kandidat yang berhasil meraih suara lebih dari 50%, di mana dari 98% jumlah suara terhitung, hitung cepat menunjukkan bahwa kandidat Gustavo Petro dari sayap kiri mendominasi hanya dengan 40 persen suara. Di sisi kandidat lainnya, mantan Wali Kota Bucaramanga yakni Rodolfo Hernandez berada di posisi kedua dengan jumlah suara 28% disusul oleh kandidat sayap kanan Federico “Fico” Gutierrez dengan 23% suara. Dengan raihan suara tersebut, maka dua kandidat yang akan lanjut ke putaran kedua adalah Petro dan Hernandez.
Perubahan politik Kolombia, antara sayap kiri dan pebisnis
Secara domestik, keadaan di Kolombia cukup memprihatinkan karena lebih dari setengah masyarakat Kolombia mengalami kekurangan makanan, 40% hidup di bawah ambang kemiskinan. Keadaan ini membuat sekitar 78% masyarakat menilai bahwa negara mereka mengambil keputusan dan arah yang salah.
Bahkan di tahun kemarin saja, Kolombia mengalami gelombang protes besar-besaran karena menginginkan reformasi pajak, di mana polisi merespon dengan kebrutalan yang setidaknya menewaskan 24 orang. Situasi keamanan sudah menjadi isu paling utama selama beberapa dekade lalu di Kolombia, namun fokus ini juga bergeser dan meluas ke permasalahan ekonomi, ketidaksetaraan, dan korupsi.
Keinginan akan perubahan situasi ekonomi, politik, dan keamanan menjadi fokus utama para pemilih Kolombia dalam menentukan pemimpinnya. Pemilihan di negara Amerika Selatan tersebut kali inipun mengalami perubahan drastis karena biasanya Kolombia dipimpin oleh pemimpin konservatif dan moderat. Namun, saat ini penduduk lebih memilih antara dua pemimpin populis yang sama-sama menginginkan perubahan radikal.
Gustavo Petro yang merupakan seorang senator mendapat dukungan dari para generasi muda dan kelompok marginal yakni masyarakat miskin yang frustasi dengan angka inflasi, tingkat pengangguran, tingkat kekerasan, serta ketidaksetaraan sosial di Kolombia. Petro dalam kampanye nya menyuarakan perubahan dari ‘proyek politik’ kepemimpinan Duque sebelumnya. Petro mendorong dan mengundang masyarakat untuk bersama membentuk perubahan yang diinginkan oleh rakyat. Kata “perubahan” menjadi kata yang selalu diulang terus menerus dalam kampanye dan tempat pemilihan di Kolombia.
Petro menjanjikan adanya perubahan sosial melalu distribusi ulang kebijakan seperti pendidikan tinggi gratis, upah minimum ibu rumah tangga, peningkatan pajak pada 4000 orang terkaya di Kolombia, menghentikan eksplorasi minyak untuk upaya energi berkelanjutan, dan lain-lain.
Di sisi lain, Hernandez yang merupakan pengusaha kaya raya berfokus pada upaya pemberantasan korupsi di Kolombia. Hernandez juga berjanji akan memperkuat hukum termasuk menciptakan lapangan kerja. Terkait dengan isu keamanan, jika Ia terpilih, Hernandez menjanjikan dialog damai dengan Tentara Pembebasan Nasional (ELN) dan melanjutkan kesepakatan keamanan dengan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC). Kelompok-kelompok ini merupakan kelompok gerilya dan pemberontak yang sering memunculkan korban jiwa karena terus bersitegang dan kontak senjata dengan kepolisian Kolombia hingga saat ini.