Kim Yo Jong

Korea Utara meluncurkan rudal balistik jarak jauh ke arah perairan timurnya pada 12 Juli waktu setempat, dua hari setelah Korea Utara mengancam dengan konsekuensi “mengejutkan” untuk memprotes aktivitas yang dianggap sebagai “pengintaian” AS di dekat wilayahnya.

Peluncuran rudal ini juga merupakan respon dari pernyataan terkait serangkaian pernyataan yang menuduh Amerika Serikat menerbangkan pesawat militer yang dekat dengan Korea Utara untuk memata-matai Korea Utara. Di sisi lain, Amerika Serikat dan Korea Selatan menolak tuduhan Korea Utara dan mendesaknya untuk menahan diri dari tindakan atau retorika apa pun yang menimbulkan permusuhan.

Pihak militer Korea Selatan mendeteksi peluncuran rudal jarak jauh dari wilayah ibu kota Korea Utara sekitar pukul 10 pagi, dilansir dari Associated Press. Dikatakan militer Korea Selatan telah memperkuat postur pengawasannya dan menjaga kesiapan dalam koordinasi yang erat dengan Amerika Serikat.

Menteri Pertahanan Jepang, Yasukazu Hamada mengatakan kepada wartawan bahwa rudal Korea Utara kemungkinan diluncurkan pada lintasan tinggi dengan sudut curam yang biasanya digunakan Korea Utara untuk menghindari negara tetangga ketika menguji rudal jarak jauh. Hamada mengatakan rudal itu diperkirakan akan mendarat di laut sekitar 550 kilometer timur pantai Semenanjung Korea di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Dalam sebuah pernyataan pada 10 Juli, Kim Yo Jong, saudari dari Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, memperingatkan Amerika Serikat tentang klaimnya bahwa pesawat mata-mata AS terbang di atas zona ekonomi eksklusif timur Korea Utara delapan kali sebelumnya. Kim Yo Jong juga mengklaim Korea Utara mengerahkan pesawat tempur untuk mengusir pesawat AS.

Dalam pernyataan lainnya pada 12 Juli, Kim Yo Jong mengatakan militer AS akan mengalami “penerbangan yang sangat kritis” jika terus melakukan kegiatan mata-mata udara yang terlarang. Militer Korut secara terpisah mengancam akan menembak jatuh pesawat mata-mata AS.