Intoleransi pada Hari Raya: Kejadian Pembakaran Qur’an di Swedia
Tindakan pembakaran Al-Quran dilakukan oleh Salwan Momika, seorang warga Irak berusia 37 tahun yang melarikan diri ke Swedia beberapa tahun yang lalu. Pembakaran itu terjadi pada hari Kamis, saat umat Islam sedang merayakan Hari Raya Iduladha.
Tindakan pembakaran Al-Quran ini memicu kemarahan di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, Malaysia, negara Eropa, dan lain-lain. Bahkan, Organisasi Kerja sama Islam (OKI) menggelar pertemuan darurat sebagai buntut aksi intoleran di Swedia ini.
Banyak negara mengecam, termasuk Swedia sendiri
Pada hari Minggu yang lalu, Swedia akhirnya mengutuk tindakan pembakaran Al-Qur’an yang terjadi di luar masjid utama Stockholm beberapa hari sebelumnya, menyebutnya sebagai tindakan “Islamofobia”.
Selain itu, Pemerintah Iran juga menunda mengirim duta besar baru ke Swedia sebagai respons terhadap aksi pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang pengungsi kelahiran Irak di luar masjid di ibu kota Stockholm. Pemerintah Iran belum memberikan detil mengenai rincian berapa lama Iran menunda mengirim duta besar ke Swedia.
Dari sisi Indonesia, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) berencana memanggil Duta Besar Swedia untuk Indonesia terkait insiden pembakaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh seorang imigran Irak di luar masjid di Stockholm, Swedia pada Rabu, 28 Juni lalu. Sukamta, anggota Komisi I DPR RI, juga mendukung tindakan Kemlu tersebut dan mengutuk dengan tegas pemerintah Swedia.
Negara serumpun, Malaysia, turut mengecam keras tindakan pembakaran Al-Quran selama Iduladha di Swedia dan menilai tindakan tersebut sebagai penghinaan terhadap umat Islam di seluruh dunia.
TIdak hanya itu, Uni Eropa juga berkomentar bahwa aksi tersebut merupakan sebuah provokasi yang jelas-jelas menyingung umat beragama dan tidak sopan. Presiden Rusia Putin juga turut menyatakan bahwa penistaan terhadap Al-Quran adalah sebuah kejahatan di Rusia, dan menytaakan Rusia akan selalu menghargai Al-Quran sebagai kitab yang suci bagi umat Islam.
OKI mengadakan pertemuan di Jedah
Sebelumnya, kecaman ini dilontarkan setelah Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) mengajukan panggilan untuk mengambil langkah-langkah bersama guna mencegah terjadinya pembakaran salinan Al-Qur’an di masa depan. Organisasi OKI yang beranggotakan 57 member tersebut bahkan mengumumkan niat mereka untuk mengambil tindakan kolektif guna mencegah penodaan terhadap Al-Qur’an.
Mereka juga menyatakan bahwa hukum internasional harus digunakan untuk menghentikan penyebaran kebencian agama sebagai respons terhadap pembakaran kitab suci tersebut. Pernyataan tersebut dirilis setelah OKI, yang terdiri dari negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim, mengadakan pertemuan luar biasa di Jeddah, Arab Saudi, pada hari Minggu (2/7).
“Sangat penting bagi kita untuk terus mengingatkan komunitas internasional tentang perlunya penerapan hukum internasional yang mendesak, yang secara jelas melarang advokasi kebencian agama,” kata Sekretaris Jenderal OKI, Hissein Brahim Taha.
“Kementerian Luar Negeri Swedia sepenuhnya memahami bahwa tindakan Islamofobia yang dilakukan oleh individu dalam demonstrasi (pembakaran Al-Qur’an) di Swedia dapat menyakiti perasaan umat Islam,” ujar pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Swedia di kesempatan lain.
“Kami dengan tegas mengutuk tindakan ini, yang sama sekali tidak mencerminkan pandangan resmi pemerintah Swedia,” tambah pernyataan tersebut, seperti yang dikutip oleh Malay Mail pada Senin, 3 Juli 2023.
Dengan terjadinya insiden pembakaran ini, tentunya tindakan intoleransi seperti ini berpotensi memicu konflik agama dan ketidakstabilan sosial. Terlebih, kejadian ini juga mempengaruhi hubungan diplomatik antara Iran dan Swedia. Perlunya penegakan hukum yang kuat dan langkah-langkah preventif penting untuk mencegah penodaan agama di masa depan dan melindungi kebebasan dan kerukunan beragama.