Tokoh Milisi Palestina Tewas di Penjara Israel Pasca Mogok Makan
Otoritas penjara Israel mengonfirmasi bahwa milisi Palestina, Khader Adnan, yang melakukan mogok makan selama 87 hari sudah tewas.
Pihak Israel menyebut bahwa Adnan menolak untuk menerima perawatan medis meskipun sudah ditawarkan. Mereka menemukan Adnan tidak sadarkan diri di dalam penjara.
Kelompok di Gaza bereaksi keras terhadap kematian Adnan dan menganggap bahwa dia dibunuh oleh Israel dengan cara yang tidak adil. Asosiasi tahanan yang berbasis di Gaza, WAED, menyebut bahwa Adnan dieksekusi secara tidak manusiawi.
Adnan berasal dari Jenin yang saat ini diduduki oleh Israel, dan merupakan tokoh penting dari Gerakan Jihad Islam di Tepi Barat yang menolak perdamaian dengan Israel, sama seperti Hamas.
Israel menuduh Adnan mendukung tindakan terorisme dan terafiliasi dengan kelompok teroris, serta melakukan penghasutan.
Sebelumnya, Adnan juga sering melakukan mogok makan dan telah beberapa kali dipenjara. Dia pernah melakukan mogok makan beberapa kali setelah penangkapan sebelumnya, termasuk mogok makan selama 55 hari pada tahun 2015 untuk memprotes penangkapannya di bawah detensi administratif, di mana tersangka ditahan secara tidak terbatas oleh Israel tanpa tuduhan atau persidangan.
HaMoked, sebuah kelompok hak asasi manusia Israel, mengatakan bahwa saat ini lebih dari 1.000 tahanan Palestina ditahan oleh Israel tanpa tuduhan atau persidangan, yang merupakan jumlah tertinggi sejak tahun 2003.
Menurut Mustafa Barghouti, mantan menteri informasi Palestina dan sekretaris jenderal partai politik Inisiatif Nasional Palestina, ini adalah suatu hal yang sangat berbahaya yang terjadi.
Ia menyalahkan pemerintah Israel dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir atas tindakan pembunuhan ini, dan menyebutnya sebagai pembunuhan karena pihak Israel sudah mengetahui bahwa seseorang yang melakukan mogok makan selama 87 hari dan tidak menerima perawatan medis, pasti akan meninggal kapan saja.
Barghouti menambahkan, “Khader Adnan ditangkap tanpa tuduhan. Ini bukan pertama kalinya. Ia ditahan di bawah istilah detensi administratif, di mana Israel bisa menangkap siapa saja tanpa memberikan alasan, tuduhan, bukti, atau persidangan,” katanya.
“Ini adalah negara yang menganut paham Fasis. Israel menerapkan pelanggaran hak asasi manusia yang tidak dapat diterima.”
Adnan, seorang ayah dari sembilan anak, telah ditangkap sebanyak 12 kali selama hidupnya dan pernah melakukan aksi mogok makan selama beberapa kali selama berada di penjara Israel, seperti yang dilaporkan oleh WAFA.
Setelah kabar tentang kematian Adnan tersebar pada hari Selasa, militer Israel mengumumkan bahwa mereka mendapat laporan bahwa tiga roket telah ditembakkan dari Jalur Gaza menuju wilayah Israel, tetapi sayangnya roket tersebut jatuh di area yang tidak berpenghuni.