Meski Tensi Meningkat, AS dan Filipina Tetap Latihan Militer di Kawasan LCS

Pasukan Amerika Serikat dan Filipina melakukan latihan militer gabungan terbesar di sekitar Laut China Selatan pada Rabu (26/4). Latihan ini akan dilakukan hingga tanggal 28 April, dan melibatkan lebih dari 17,600 personel militer.

Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr., menargetkan untuk dukungan pertahanan yang lebih kuat dengan AS, duduk di menara observasi dengan pejabat AS dan Filipina yang menyaksikan acara tersebut di Luzon, wilayah di utara Manila. Kedua negara melakukan latihan menembak bersama di Laut China Selatan, perairan yang disengketakan.

Latihan tembak diawali dengan sistem roket presisi HIMARS AS meluncurkan serangkaian peluru ke kapal perusak angkatan laut Filipina yang sudah tidak digunakan, yang berlabuh sekitar 22 km di lepas pantai. Tujuannya adalah untuk menenggelamkan kapal yang sudah berusia beberapa dekade itu, yang mewakili kapal musuh yang mendekati pantai Filipina. 

AS juga menurunkan pesawat tempur F-35 dan F016 serta helikopter Kobra yang disandingkan dengan pesawat tempur FA-50 miliki Filipina.

Latihan juga dilanjutkan dengan satuan artileri yang berbaris di padang rumput menembakkan roket ke drum-drum terapung sejauh 10 km dari pantai.

 

Memperkuat aliansi kedua negara

Latihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan militer Manila sambil menjadi dukungan AS untuk sekutunya di Asia ketika ketegasan China di kawasan semakin kuat. Hampir 18.000 tentara telah berpartisipasi dalam latihan tahunan yang disebut Balikatan atau “bersama-sama” dalam bahasa Filipina.

Latihan ini menunjukkan potensi baru dan memperkuat kekuatan militer kedua negara sambil terus membentuk aliansi yang kuat, kata Direktur Balikatan untuk militer Filipina, Mayor Jenderal Marvin Licudine.

Latihan yang dimulai sejak 11 April lalu ini juga melibatkan pendaratan helikopter di sebuah pulau Filipina di ujung utara pulau utama Luzon, hampir 300 km dari Taiwan. Latihan ini diwarnai protes dari China, yang menganggap latihan tersebut mengancam perdamaian regional dan mencoba memisahkan Manila dan Beijing.

Balikatan tahun ini mengikuti kesepakatan yang diumumkan awal bulan ini bahwa pasukan AS akan menggunakan jumlah pangkalan yang lebih banyak di Filipina, termasuk salah satu pangkalan dekat Taiwan, yang dianggap China sebagai bagian dari wilayahnya. 

Balikatan pertama yang diadakan di bawah Marcos Jr., menunjukkan semakin berpihaknya Filipina pada AS sejak menjabat pada Juni tahun lalu.