China 2021: Siap Perang Demi Taiwan?

(Foto: POOL/Getty Images)


Setelah dilantik sebagai Presiden AS ke-46, Joe Biden sebagaimana pada janji kampanye diekspektasikan untuk berbicara lebih banyak mengenai demokrasi. Visi Biden sangat jelas untuk mengembalikan AS dan aliansinya sebagai promoter demokrasi di kancah internasional. Dengan visi ini, AS akan menyentuh masalah paling sensitif bagi China yaitu kemerdekaan Taiwan. Perubahan tindakan AS ini akan sangat mempengaruhi hubungan AS-China tentunya.

Awal Februari Biden menegaskan kembali komitmennya untuk kemerdekaan Taiwan, sekaligus menegaskan posisi yang diambil AS di Asia. Biden juga menyampaikan keprihatinan mengenai aktivitas militer yang dilakukan oleh China di perairan Taiwan yang dianggap tidak menyelesaikan apapun, justru semakin memperkeruh suasana. China selalu menjadi agresif ketika ada yang menyangkut Taiwan, terutama dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan. Komitmen Biden kemudian direspon oleh Menteri Pertahanan China,  melalui juru bicaranya menyampaikan agar pihak manapun tidak bermain api dengan upaya mendukung kemerdekaan Taiwan. China juga menyampaikan bahwa kemerdekaan Taiwan bagi China berarti perang.

Tidak hanya bersama AS, tensi antara China dan Taiwan telah semakin panas sejak Taiwan dipimpin oleh Tsai Ing-wen. Tsai Ing-Wen secara terang-terang menolak ide reunifikasi China, terutama sejak kembali terpilih pada pemilu 2020. Tidak hanya semakin vokal menolak ide reunifikasi, Tsai Ing-Wen juga semakin vokal mendorong kemerdekaan penuh Taiwan dari China. Tsai Ing-wen juga masih bertahan dalam posisi menolak “one country, two system” yang ditawarkan oleh China karena dinilai akan merusak demokrasi dan kebebasan yang ada di Taiwan.

Merespon pernyataan Tsai Ing-Wen, China kerap kali melakukan aktivitas militer di sekitar wilayah Taiwan. Bahkan tercatat beberapa kali secara sengaja melewati mid-line Taiwan. Paling baru, tanggal 28 Januari 2021, Menteri Pertahanan Taiwan melaporkan ada 6 pesawat tempur, China termasuk  empat J-10 Fighter Jet, yang secara sengaja diterbangkan di wilayah udara Taiwan. Melalui aksi ini, China dianggap sedang melakukan power projection militernya. Tentu saja dilakukan untuk menunjukan bahwa China mampu menyerang Taiwan saat itu juga.

Lalu yang menjadi pertanyaan dunia internasional saat ini, apakah China akan menginvasi Taiwan? Intensi melakukan invasi pernah disampaikan oleh Xi Jinping pada awal 2019.  Suka atau tidak suka Taiwan harus melakukan reunifikasi dengan China dan China dengan cara apapun termasuk penggunaan militer akan menjamin hal itu terlaksana. Walaupun tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi di masa depan, tapi pentingnya arti Taiwan untuk China dapat memaksa China melakukan invasi.

Salah satu yang dibutuhkan China untuk keberhasilan invasi Taiwan adalah militer yang kuat. Modernisasi yang dilakukan oleh China selama ini berhasilkan meningkatkan kualitas dan kuantitas kekuatan militernya. Dengan kekuatannya sekarang, AS bahkan mengkhawatirkan China bisa saja melakukan invasi dengan kekuatan penuh ke Taiwan. Selain itu, pengaruh China di kancah internasional yang semakin besar juga dapat memaksa negara lain untuk tidak menunjukan dukungan terhadap kemerdekaan Taiwan. Sehingga, secara diplomatik China bisa menekan negara lain untuk tidak mendukung Taiwan sekaligus dapat melakukan invasi ke Taiwan melalui darat, udara dan laut.

Banyak orang mungkin mengatakan invasi China ke Taiwan tidak akan terjadi. Pada kenyataannya kemungkinan invasi kali ini semakin besar dapat terjadi. Reunifikasi Taiwan secara penuh menjadi salah satu tujuan China di 2049 untuk merayakan 100 tahun berdirinya negara itu. Intensitas aktivitas China untuk reunifikasi Taiwan akan semakin tinggi terjadi mendekati perayaan tersebut. Namun, Taiwan yang semakin vokal menolak dapat memaksa China melakukan invasi bahkan sebelum 2049 untuk memastikan Taiwan tidak bisa lagi menolak reunifikasi.

China di tahun 2021 merupakan China yang berbeda; lebih kuat, lebih terarah dan lebih serius. China sekarang memiliki banyak cara untuk memaksa Taiwan melakukan reunifikasi. Mulai dari postur militer China yang semakin kuat sejak modernisasi dan pengaruhnya di dunia internasional yang cukup kuat. Sehingga, China dianggap cukup mampu untuk melakukan invasi ke Taiwan.

Menariknya, ada kecenderungan pola berulang dalam interaksi hubungan internasional. Khususnya, berkaitan dengan dua hal yaitu perang dan damai. Tidak ada yang tahu bahwa Invasi Jerman pada 1 September 1939 ke Polandia berhasil memicu Perang Dunia kedua. Puluhan tahun sejak saat itu, invasi China ke Taiwan diduga akan menjadi invasi yang polanya hampir sama dengan invasi tersebut. Jadi,  akankah Invasi China ke Taiwan memulai Perang Dunia ketiga? Satu hal yang pasti, China akan melakukan apa saja untuk membawa Taiwan berada dibawah kekuasaannya sekalipun artinya harus berperang.