Anggota parlemen Israel mengundurkan diri, Pemerintahan Bennet Menjadi Minoritas

Sejak konflik antara Israel dan Palestina yang meningkat sejak beberapa waktu lalu, pemerintahan Israel telah kehilangan anggota parlemennya pada hari Kamis setelah seorang anggota parlemen Arab-Israel mengundurkan diri dari koalisi yang berkuasa, menuduh para pemimpinnya memicu ketegangan antara Israel dan Palestina dan mengutuk intervensi kekerasan polisi pada pemakaman jurnalis Shireen Abu Akleh yang terbunuh saat sedang meliput di area konflik.

Ghaida Rinawie Zoabi, seorang anggota parlemen dari partai sayap kiri Meretz, menuduh Pemerintahan Israel telah ” melecehkan masyarakat tempat saya berasal.” “Dalam beberapa bulan terakhir, karena pertimbangan politik yang sempit, para pemimpin koalisi telah memilih untuk mempertahankan dan memperkuat sayap kanannya,” tulis Zoabi dalam surat pengunduran dirinya yang tak terduga, 19 Mei 2022.

Pengunduran dirinya menandakan Pemerintahan Naftali Bennett hanya mendapat dukungan 59 dari 120 anggota Knesset dan sekarang memimpin pemerintahan minoritas yang berpotensi pada pergantian pemerintahan lain. Walaupun tidak secara langsung memicu jatuhnya pemerintahan Bennett, tetapi para pemimpin oposisi dapat mendorong dan mengamankan pemilihan parlemen kelima dalam empat tahun jika mereka mendapatkan dukungan dari Knesset yang kalah jumlah.

Lebih lanjut, Zoabi mengutuk kejadian di Temple Mount. “Kejadian di Temple Mount tentang polisi yang kejam menghadapi kerumunan jamaah, dan pemakaman jurnalis Palestina Shireen Abu Akleh, membawa saya ke satu kesimpulan yang berharga: tidak lebih,” tulis Rinawie Zoabi. “Saya tidak bisa terus mendukung keberadaan koalisi yang memalukan dan melecehkan masyarakat tempat saya berasal.”

Terlebih, sebuah cuplikan video yang tersebar juga memperlihatkan pada pemakaman jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh menunjukkan petugas menyerang pelayat dengan tongkat, menurunkan bendera Palestina secara paksa, dan menangkap orang-orang yang membawa peti matinya melalui jalan-jalan Yerusalem.

“Saya percaya dan terus percaya pada koeksistensi Arab-Yahudi dengan setiap bagian dari keberadaan saya, dalam akademisi, bisnis, serta politik,” tulis Rinawie Zoabi dalam suratnya. “Saya juga percaya dan terus percaya bahwa kemitraan Yahudi-Arab yang sesungguhnya harus datang dari tempat yang setara, dengan kedua belah pihak saling berhadapan.”

Shireen Abu Akleh telah ditembak di kepala di Tepi Barat saat dia meliput serangan militer Israel pada 11 Mei lalu, walaupun begitu Pemerintah Israel tidak mengonfirmasi bahwa pembunuhnya adalah pihaknya. Abu Akleh, yang bergabung dengan Al Jazeera pada usia 26, mendedikasikan hidupnya untuk melaporkan tentang kehidupan sehari-hari Palestina di bawah pendudukan Israel. Dia menjadi wajah liputan Palestina untuk jutaan rumah tangga Arab, dan dijuluki “putri Palestina“. Abu Akleh meliput serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung pada tahun 2006, 2008-2009, 2012, 2014, 2021, hingga akhir hayatnya.