Perdana Menteri Inggris Selamat Dari Mosi Tidak Percaya

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson ‘selamat’ dari mosi tidak percaya yang dapat menggulingkannya dari kekuasaan karena ketidakpuasan masyarakat dengan pemerintahannya. Anggota parlemen konservatif memberikan 211 suara yang mendukung untuknya tetap berkuasa selama pemungutan suara rahasia di Westminster.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News, Johnson menyebut pemungutan suara itu sebagai ‘hasil yang menentukan’. “Saya pikir ini adalah hasil yang sangat bagus, positif, konklusif, dan menentukan yang memungkinkan kami untuk terus maju, bersatu, dan fokus pada penyampaian (layanan),” jelas Johnson dilansir dari Fox News.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Johnson muncul ketika pemerintahnya menghadapi tekanan kuat untuk mengatasi kenaikan harga energi dan pangan. Ketidakpuasan terhadap Johnson telah meningkat selama berbulan-bulan dan meletus setelah jeda 10 hari parlemen yang mencakup akhir pekan panjang perayaan Platinum Jubilee Ratu Elizabeth II. Pada satu titik, dia dicemooh oleh penonton minggu lalu ketika dia tiba untuk menghadiri upacara penghormatan ratu.

Dukungan di antara sesama anggota parlemen Konservatif—yang mendukung Johnson— juga melemah karena beberapa anggota parlemen melihat Johnson sebagai pemimpin yang menjabat, bukan sebagai aktor penting terutama dalam pemilihan umum.

Sebelum pemungutan suara, juru bicara kantor Johnson di Downing Street mengatakan perdana menteri menyambut pemungutan suara sebagai kesempatan untuk mengakhiri spekulasi berbulan-bulan dan memungkinkan pemerintah untuk menentukan aksi selanjutnya. Untuk tetap menjabat, Johnson perlu memenangkan dukungan mayoritas dari anggota parlemen Konservatif. Jika tidak, partai akan memilih pemimpin baru sebagai perdana menteri. Walaupun begitu, sebagian besar pengamat memperkirakan bahwa Johnson akan tetap pada jabatan perdana menteri-nya karena tidak ada calon yang jelas untuk menggantikannya.

Johnson, seorang pejabat yang cukup kontroversial telah berusaha memperbaiki citranya di mata masyarakat dan internasional setelah dia dan stafnya berulang kali mengadakan pesta mabuk-mabukan yang melanggar pembatasan aktifitas sosial karena Covid-19 yang pemerintah terapkan pada masyarakat. Ketidapuasan ini tumbuh di tengah perjuangan untuk kehidupan politiknya. Pada April 2022, survey yang dilakukan oleh YouGov di Inggris memperlihatkan bahwa 53% masyarakat tidak menyukai Boris Johnson, 34% orang yang menyukainya.