BRI di Melanesia: Menghubungkan politik ketatanegaraan dengan diplomasi buku cek

Aliansi strategis dan hubungan ekonomi di kawasan Pasifik Selatan telah mengalami pergeseran paradigma sejak tahun 2018 ketika Prakarsa Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative – BRI) China mendeklarasikan kawasan itu sebagai koridor maritim pusat.[1] Selama bertahun-tahun, investasi, pinjaman, dan kehadiran diplomatik China telah berkembang di kawasan ini. Saat ini, Beijing adalah kreditor bilateral paling signifikan di benua Pasifik Biru[2] dan mitra dagang terbesar kedua.[3] Namun, dengan meningkatnya kehadiran China di sana, India, Jepang, Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, dan negara-negara regional – Australia dan Selandia Baru – juga telah mengintensifkan keterlibatan mereka dengan kawasan ini. Jalur pelayaran yang penting, sumber daya ekonomi biru yang belum dimanfaatkan, dan sumber daya mineral telah mengkalibrasi ulang perhatian dunia terhadap benua Pasifik Biru.

 

Gambar 1. Kawasan Wilayah Melanesia

Sumber : World Regional Geography

 

Kawasan ini membutuhkan US$ 15 miliar per tahun hingga 2035 untuk pembangunan ekonomi yang memadai.[4] Di sinilah China telah melangkah masuk. Negara-negara Barat tidak mampu menandingi paket bantuan keuangan dan pinjaman China di kawasan ini. Hal ini telah terbukti bermanfaat bagi China, yang mengatasi kesenjangan pembiayaan yang dibutuhkan untuk pembangunan ekonomi regional.

 

Tabel 1. Chinese Debt in Melanesia

Sumber: IMF Staff report for 2022 Article 4 Consultation and Debt Sustainability Analysis, The Times of India, Xinhua News Agency, The Washington Post

 

Lembaga-lembaga negara China telah meminjamkan sekitar US$ 5 miliar kepada pemerintah-pemerintah Melanesia antara tahun 2017-22. Rata-rata, pinjaman China mencapai 35 persen dari total utang luar negeri di empat negara ini – Papua Nugini (PNG), Fiji, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu. Sebagai imbalannya, Beijing mengharapkan kesetiaan diplomatik dan menciptakan keuntungan geoekonomi untuk dirinya sendiri di Negara-negara Kepulauan Pasifik (Pacific Island Countries/PIC). Artikel ini mengkaji implikasi strategis dan geoekonomi dari diplomasi buku cek China di Pasifik Selatan. Untuk itu, artikel ini berfokus pada negara-negara Melanesia yang disebutkan di atas, pulau-pulau dengan sumber daya alam yang paling intensif di kawasan ini, dan di mana China telah berinvestasi paling besar.

 

Investasi dan pinjaman China di negara-negara Melanesia

Sebagaimana disebutkan dalam Tabel 2 di bawah ini, antara tahun 2016 dan 2022, China menginvestasikan hampir US$ 7,01 miliar di kawasan Melanesia. Di PNG, bank China EXIM telah meminjamkan pemerintah PNG sebesar US$ 3,25 miliar untuk membangun jaringan jalan lintas negara yang pertama di negara kepulauan tersebut.[5] Sebuah kontrak ditandatangani antara kedua pemerintah pada tahun 2017, dan pekerjaan dimulai pada tahun 2018.[6] Selain itu, dari 15 proyek yang didanai China di PNG, yang menelan biaya lebih dari US$ 100 juta, delapan di antaranya terkonsentrasi di sektor infrastruktur energi dan transportasi, yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Investasi Beijing di PNG semakin meningkat setelah tahun 2018 ketika Perdana Menteri Peter O’Neill mengunjungi China dan berjanji untuk mensinergikan Rencana Strategis Pembangunan PNG 2010-2030 dengan BRI dan Rencana Lima Tahun Ketiga Belas China (2016-20).[7] Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1 dan 2, PNG adalah penerima terbesar investasi dan pinjaman China, masing-masing sebesar US$ 4,8 miliar dan US$ 4 miliar.

 

Tabel 2: Major Chinese Project in Melanesian Countries

Sumber:The National Development and Reform Commision

Namun, bantuan ekonomi China di kawasan ini tidak hanya terkonsentrasi di PNG. Pada saat yang sama, Fiji, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu juga telah menjadi penerima utama pinjaman dan investasi China di bawah BRI. China telah menginvestasikan hampir US$ 580 juta di Fiji, US$ 1.150 juta di Kepulauan Solomon, dan US$ 430 juta di Vanuatu. Di Kepulauan Solomon, China telah membangun infrastruktur digital penting untuk konektivitas 3G/4G dan memasang kabel bawah laut untuk menghubungkan gugusan pulau-pulau yang membentuk Kepulauan Solomon.[8] Selain itu, China juga telah berinvestasi di sektor ekonomi penting lainnya seperti transportasi, energi, dan infrastruktur. Beijing juga telah menginvestasikan US$ 226 juta di Kepulauan Solomon untuk Pacific Island Games (PIG) 2023,[9] untuk membangun Stadion Nasional berkapasitas 10.000 tempat duduk, kompleks perumahan untuk wisatawan, dan pusat konvensi internasional.

Duta Besar China untuk Kepulauan Solomon memuji bantuan tersebut sebagai ‘hadiah dari China untuk rakyat Kepulauan Solomon’. Namun, hadiah-hadiah ini datang dengan peringatan tersendiri. Bantuan infrastruktur ini akan menjadi sorotan utama dari PIG 2023 dan dimaksudkan untuk menunjukkan apa yang mampu dilakukan oleh perlindungan Beijing. Dengan demikian, pemberian-pemberian ini bertindak sebagai alat politik bagi Beijing yang dapat mempengaruhi persepsi kawasan terhadap China. Gagasan tersebut diperkuat oleh fakta bahwa investasi Barat di kawasan ini semakin berkurang. Sebagai contoh, berbeda dengan bantuan China untuk PIG, Australia hanya menginvestasikan US$ 17 juta.[10]

 

Politik luar negeri China di Melanesia dan hasil-hasilnya

Keterlibatan ekonomi Beijing di kawasan ini tidak hanya bertujuan untuk mengamankan jalur pelayaran penting dan sumber daya mineral yang belum dieksplorasi di kawasan ini, tetapi juga karena kepemimpinan tertinggi Beijing secara historis memandang kawasan ini sebagai basis potensial untuk operasi militer China di luar negeri. Sejak tahun 2001, Mayor Jenderal Liu Yazhou mengakui Kepulauan Solomon sebagai sub-wilayah ‘di mana Beijing harus mengembangkan pasukan pro-China’. Untuk mencapai tujuan ini, China telah mengkalibrasi ulang strateginya di sini dan mengintegrasikan politik, ekonomi, dan keamanan untuk mengejar pengaruh, sumber daya, dan akses di kawasan Melanesia. Dedikasi China untuk meningkatkan hubungan dengan negara-negara Melanesia terbukti dalam diplomat yang ditempatkan Beijing di kawasan ini, tren peningkatan dalam pemberian pinjaman dan investasi di negara-negara ini, dan meningkatnya jumlah pertemuan antar pemerintah tingkat tinggi antara China dan negara-negara Melanesia.

Perwakilan Beijing di negara-negara ini terdiri dari para konselor ekonomi yang terampil (seperti Xue di Port Moresby, Li Keqiang di Honiara, dan Qian Bo di Suva),[11] yang sebelumnya bekerja di Kementerian Perdagangan China. Selain itu, posisi atase pertahanan dan penasihat keamanan didirikan pada tahun 2017. Penempatan ini memberikan manfaat yang sangat besar bagi China dengan memungkinkan penggunaan tenaga kerja RRT yang komprehensif di Melanesia. Selama penempatan Xue antara tahun 2016 dan 2022, perusahaan-perusahaan China menjadikan PNG sebagai benteng ekonomi dengan kehadiran mereka berlipat ganda selama masa jabatannya, naik menjadi 40 perusahaan dari 20 perusahaan pada tahun 2016.[12] Lebih dari itu, Xue berperan penting dalam mengupayakan Beijing untuk membantu Port Moresby merestrukturisasi utang luar negerinya senilai US$ 14 miliar secara keseluruhan.[13] Di Kepulauan Solomon, penempatan mantan Perdana Menteri RRT dan perluasan kerja sama ekonomi menghasilkan Perjanjian Keamanan RRT-Kepulauan Solomon 2022,[14] sebuah kemitraan keamanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan ini. Akan tetapi, manfaat paling signifikan yang diperoleh China dari BRI di Melanesia adalah kesetiaan diplomatik dan komitmennya terhadap kebijakan ‘Satu China’. Sementara Port Moresby dan Suva secara historis telah bersekutu dengan China daratan, Honiara dan Vanuatu mengakui Taiwan. Antara tahun 2018 dan 2022, China meyakinkan Kepulauan Solomon untuk mengalihkan kesetiaannya kepada China, sambil meyakinkan Vanuatu untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.[15] Sebagai gantinya, investasi BRI China membanjiri kedua negara. Saat ini, China adalah kreditor dan investor bilateral terbesar bagi kedua negara kepulauan ini.[16]

 

Tanggapan Melanesia terhadap pengaruh China yang semakin besar di kawasan ini bervariasi secara lokal maupun nasional. Meskipun keempat negara Melanesia mengakui kekuatan ekonomi Beijing sebagai mitra keuangan yang signifikan, negara-negara ini (tidak termasuk Kepulauan Solomon) juga mempertimbangkan implikasi keamanan nasional jika melibatkan China secara terbuka dalam urusan regional mereka. Bahkan Kepulauan Solomon, yang memiliki hubungan yang lebih dekat dengan China, terus melakukan lindung nilai. Negara-negara Melanesia juga secara kolektif menolak “Visi Pembangunan Bersama” China,[17] kemitraan keamanan dan ekonomi komprehensif yang diusulkan oleh Beijing pada tahun 2022, dengan alasan kurangnya konsultasi sebelum rencana itu diusulkan oleh China. Negara-negara Melanesia bekerja sama dengan negara-negara Pasifik lainnya telah mengadopsi kebijakan untuk meningkatkan keterlibatan ekonomi dengan China, yang mendorong hubungan mereka dengan Beijing dan membatasi campur tangan China terhadap kepentingan dan urusan keamanan di kawasan itu.

[1] Ministry of Fooreign Affairs of the People’s Republic of China. Fact Sheet: Coopertation Between China and Pacific Island Countries. 24 Mei 2022. https://www.fmprc.gov.cn/eng/wjdt_665385/2649_665393/202205/t20220524_10691917.html

[2] Wonchibeni Patton. What does China gain from its South Pacific Engagement?. The Insititute of Chinese Studies.  6 November 2021. https://icsin.org/blogs/2021/11/06/what-does-china-gain-from-its-south-pacific-engagement/

[3] Ministry of Fooreign Affairs of the People’s Republic of China. China: A Development Patner to the Pacific Region. 11 Maret 2023. https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/wjb_663304/zwjg_665342/zwbd_665378/202203/t20220311_10650946.html

[4] The World Bank. The World Bank in Pacific Islands. 6 Oktober 2023. https://www.worldbank.org/en/country/pacificislands/overview

[5] Global Construction Review. China to build Papua New Guinea’s first national road system. 24 November 2017. https://www.globalconstructionreview.com/china-build-papua-new-guineas-first-national-road/

[6] Kate Lyons. Papua New Guinea asks China to refinance its national debt as Beijing influence grows. The Guardian. 7 Agustus 2019. https://www.theguardian.com/world/2019/aug/07/papua-new-guinea-asks-china-to-refinance-its-national-debt-as-beijing-influence-grows

[7] Denghua Zhang. Fiji. The People’s Map of Global China. 6 Juli 2021.https://thepeoplesmap.net/category/pacific/

[8] Geogina Kekea. Solomon Islands secures @100m China loan to build Huawei mobile towers in historic step. The Guardian. 19 Agustus 2022. https://www.theguardian.com/world/2023/sep/05/pacific-games-2023-solomon-island-china-cost-controversy

[9] Charley Piringi. China ‘gifts’and cost concerns: Pacific Games stir controversy in Solomon Islands. The Guardian.  5 September 2023. https://www.theguardian.com/world/2023/sep/05/pacific-games-2023-solomon-island-china-cost-controversy

[10] Ibid.

[11] Connolly, Peter. (2023). GRAND STRATEGY: Inside China’s statecraft in Melanesia. 42-65.

[12] The Times of India. Envy in Papua New Guinea as Chinese money pours in. 21 Mei 2023. https://timesofindia.indiatimes.com/world/rest-of-world/envy-in-papua-new-guinea-as-chinese-money-pours-in/articleshow/100395327.cms?from=mdr

[13] Wonchibeni Patton. What does China gain from its South Pacific Engagement?. The Insititute of Chinese Studies.  6 November 2021. https://icsin.org/blogs/2021/11/06/what-does-china-gain-from-its-south-pacific-engagement/

[14] The Associated Press. Solomon Islands signs policing pact with China. NPR. 11 Juli 2023. https://www.npr.org/2023/07/11/1186916419/solomon-islands-signs-policing-pact-with-china

[15] Chris Horton. In Blow to Taiwan, Solomon Island Is Said to Switch Relations to China. The New York Times. 16 September 2019. https://www.nytimes.com/2019/09/16/world/asia/solomon-islands-taiwan-china.html

[16] Connolly, Peter. (2023). GRAND STRATEGY: Inside China’s statecraft in Melanesia. 42-65.

[17]Aljazeera. China, Pacific islands fail to reach consensus on security pact. 30 Mei 2022. https://www.aljazeera.com/news/2022/5/30/china-pacific-islands-fail-to-reach-consensus-on-security-pact