Pemimpin Iran Kritik Upaya Normalisasi Hubungan Israel dan Arab

Pemimpin Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menyatakan bahwa upaya yang dilakukan untuk menormalisasi hubungan Israel dan negara-negara Arab tidak akan menyelesaikan krisis di Timur Tengah. “Beberapa orang berpikir bahwa dengan memaksa negara-negara tetangga menormalisasi hubungan mereka dengan Israel, maka masalah yang ada bisa diselesaikan, namun mereka salah,” kata Khamenei.

Selain itu, Khamenei juga menekankan bahwa Palestina harus dikembalikan pada orang-orang Palestina, di mana mereka akan membentuk rezim mereka sendiri, sistem sendiri di mana sistem tersebut harus memutuskan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi Zionis.

Dalam kunjungan diplomasi ke Riyadh, Sekretaris Negara AS, Blinken menyatakan bahwa AS dan Arab Saudi sudah melakukan kerja sama Bersama dalam beberapa bulan ke belakang untuk melakukan normalisasi hubungan antara negara Arab dan Israel, di mana perjanjian ini juga termasuk meningkatkan komitemen pertahanan dan keamanan bilateral AS dan Riyadh. Kedua negara juga menilai bahwa untuk mendukung normalisasi hubungan, dua hal penting diperlukan yakni situasi tenang di Gaza dan jalan menuju negara Palestina. Diplomat Arab Saudi menyatakan bahwa mereka sudah lama membicarakan tentang potensial normalisasi hubungan dengan Israel namun terhenti dikarenakan perang di Gaza yang terjadi pada 7 Oktober 2023 lalu.

Eskalasi di Timur Tengah bisa diinterpretasikan sebagai konflik pada babak baru situasi internasional. Kepentingan Iran saat ini adalah mencegah koalisi ini, yang bisa membuat kepentingan Amerika Serikat mendapat jalan. Hal ini dikarenakan jika koalisi terjado, maka Iran akan mendapat konfrontasi dari kekuatan blok yang kuat sehingga melemahkan supremasi regionalnya.

Guna mencegah koalisi ini juga maka Iran menggunakan isu Palestina untuk memberikan tekanan pada politik domestik di antara negara monarki Arab yang ingin mendekat dengan AS dan Israel, dengan menggambarkan Palestina sebagai korban brutalitasi Israel dan Amerika.

Namun di sisi lain, Iran semakin menghadapi lawan kuat melalui Arab Saudi.  Negara-negara Kerajaan Teluk, yang bergantung pada perlindungan Amerika, semakin khawatir akan pengaruh regional Iran terutama melalui kekuatan nuklir yang berkembang.

Dikarenakan hal ini, Arab Saudi, yang semakin fokus pada modernisasi masyarakatnya, membuka diri kepada dunia, dan memulai pembicaraan dengan Washington tahun lalu mengenai perjanjian komprehensif. Tidak hanya membicarakan mengenai jaminan keamanan yang kuat untuk Arab Saudi mirip dengan yang melindungi sekutu NATO atau mitra Amerika di Asia. Namun, kedua negara juga sedang membahas program pengayaan nuklir, diduga dengan tujuan untuk dengan cepat mempersenjatai Arab Saudi sebagai kekuatan bersenjata nuklir jika Iran mengikuti jalur serupa, dan jika Riyadh tidak lagi menganggap deteren nuklir yang diberikan oleh AS cukup. Sebagai bagian dari paket ini, Washington telah menambahkan komponen ketiga yakni rekonsiliasi dengan Israel, memperpanjang Abraham Accords, yang merupakan perjanjian normalisasi Israel dengan negara-negara Arab yang diluncurkan selama masa pemerintahan Presiden Donald Trump.