PBB: Amerika Latin Dapat Menghadapi Krisis Berkepanjangan Pasca Pandemi

Sebuah laporan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan bahwa wilayah Amerika Latin dan Karibia dapat menghadapi “krisis sosial yang berkepanjangan” setelah pandemi COVID-19. Laporan oleh Komisi Ekonomi untuk Amerika Latin dan Karibia (ECLAC) yang dirilis pada hari Kamis menemukan bahwa 56,5 juta orang di wilayah tersebut terkena dampak kelaparan, dan diperkirakan 45,4 persen orang berusia 18 tahun atau lebih muda di Amerika Latin hidup dalam kemiskinan.

“Kami menghadapi serangkaian krisis yang memperburuk ketidaksetaraan dan kekurangan kawasan ini,” kata Jose Manuel Salazar-Xirinachs, sekretaris eksekutif ECLAC, dalam siaran pers pada akhir November dilansir dari Al Jazeera. Laporan tersebut menggarisbawahi dampak berkepanjangan dari pandemi COVID-19, dengan tingkat kemiskinan tetap berada di atas tingkat pra-pandemi dan sekitar 13 persen penduduk kawasan ini hidup dalam kemiskinan ekstrem.

Faktor lainnya termasuk inflasi yang tinggi dan dampak dari invasi Rusia ke Ukraina kemungkinan akan dapat menimbulkan lingkungan yang menantang bagi pemerintah di kawasan Amerika Latin untuk memperbaiki situasi. Laporan dari ECLAC juga mencatat bahwa kenaikan harga dapat menyebabkan peningkatan malnutrisi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Secara keseluruhan, 12 juta lebih orang menghadapi kemiskinan ekstrem di wilayah tersebut sejak 2019, sebelum pandemi COVID-19.  PBB juga menyoroti dampak pandemi terhadap pendidikan, menyatakan bahwa lembaga pendidikan di wilayah tersebut ditutup selama rata-rata 70 minggu, dibandingkan dengan rata-rata global selama 41 minggu. Laporan tersebut mengatakan bahwa wilayah tersebut menghadapi dampak “diam tapi menghancurkan” terkait tingkat pendidikan di sana. Persentase orang berusia 18 hingga 24 tahun di Amerika Latin yang tidak belajar atau menganggur naik dari 22,3 persen pada 2019 dan meningkat 28,7 persen pada 2020, menurut laporan tersebut.

COVID-19 sendiri memakan banyak korban di negara-negara di Amerika Latin dan Karibia dengan hampir 700.000 kematian di Brasil dan lebih dari 330.000 di Meksiko, menurut perusahaan data Statista. Sebuah laporan oleh Amnesty International dan Pusat Hak Ekonomi dan Sosial menemukan bahwa “ketidaksetaraan yang mengejutkan” merupakan faktor utama angka kematian di seluruh wilayah. Sementara Amerika Latin menyumbang sekitar 8,4 persen dari populasi dunia, itu menyumbang sekitar 28 persen kematian akibat COVID-19.