India: Antara Quad dan Gerakan Non-Blok dalam menghadapi China

Amerika Serikat dan India telah mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kemitraan pertahanan mereka dalam menghadapi China setelah pertemuan dua hari di Washington antara pemerintah dan pejabat bisnis dari kedua negara dan mencakup kolaborasi yang lebih besar dalam industri terkait militer dan koordinasi operasional di Indo-Pasifik.

Kunci di antaranya adalah kerja sama dalam pengembangan mesin jet dan teknologi amunisi militer, menurut lembar fakta Gedung Putih. Secara khusus, katanya pemerintah AS akan mempercepat peninjauan aplikasi oleh pabrikan AS General Electric untuk membangun mesin jet di India untuk digunakan pada pesawat India asli dilansir dari CNN.[1]

Secara operasional, militer AS dan India akan berupaya membangun keamanan dan intelijen maritim, kemampuan pengawasan dan pengintaian. Wakil Menteri Pertahanan AS, Kathleen Hicks mengatakan kepada Penasihat Keamanan Nasional India, Ajit Doval bahwa “membangun aliansi dan kemitraan adalah prioritas utama” Pentagon dalam lingkungan strategis kawasan yang semakin diperebutkan, menurut pernyataan Departemen Pertahanan AS.[2]

Hicks mengatakan pembangunan kemitraan adalah tujuan utama dari Strategi Pertahanan Nasional AS 2022, yang menyebut China sebagai “ancaman multi-sektor yang berkembang.”[3] Sementara AS telah melihat China membangun pasukan militernya di dekat Taiwan dan sekutu utama AS Jepang, pasukan India bentrok dengan pasukan China di sepanjang Garis Kontrol Aktual, perbatasan yang tidak jelas antara kedua negara di Himalaya.

QUAD, dibuat untuk menghadang China?

AS dan India, bersama dengan Jepang dan Australia, yang bergabung dalam Quad menjadi lebih aktif dalam beberapa tahun terakhir sebagai bagian dari upaya untuk melawan jangkauan dan klaim teritorial China di Indo-Pasifik. Di sela-sela KTT Quad di Tokyo Mei lalu, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan inisiatif AS-India tentang Teknologi Kritis dan Berkembang (iCET). Pertemuan minggu ini adalah yang pertama di bawah skema tersebut dan mempertemukan puluhan pejabat pemerintah, CEO industri, dan akademisi senior dari kedua negara. Selain teknologi pertahanan, Washington dan New Delhi akan bekerja untuk “memperluas kolaborasi internasional di berbagai bidang—termasuk kecerdasan buatan, teknologi kuantum, dan nirkabel canggih.”

Bagian industri utama dari pertemuan tersebut adalah kesepakatan untuk mengembangkan industri semikonduktor di India, yang memiliki tenaga kerja terdidik dan terampil yang dibutuhkan untuk menjadi pemain utama dalam membangun komponen kunci tersebut. Selain itu, kedua negara berjanji untuk membantu mengembangkan telekomunikasi generasi berikutnya di India, termasuk teknologi ponsel canggih 5G dan 6G. Washington dan New Delhi juga sepakat untuk meningkatkan kerja sama di luar angkasa, termasuk membantu India mengembangkan astronot, sektor luar angkasa komersialnya, dan perannya dalam pertahanan planet.

Pada minggu ke dua di bulan Februari lalu, AS dan Jepang mengadakan latihan militer yang mengikutsertakan pelatihan respon terhadap serangan nuklir & teror biologi.[4] Selain itu, pada parade udara atau aeroshow India yang dilaksanakan pada 13 Februari, maskapai penerbangannya berkembang, dengan Air India diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan rekor potensial untuk membeli hampir 500 jet dari Airbus SE (AIR.PA) dan Boeing Co (BA.N), senilai lebih dari $100 miliar pada daftar harga.[5]

Non-alignment Movement atau sekedar kesempatan?

Beberapa hari sebelumnya, India sempat menegaskan kembali dukungan untuk Gerakan Non-Blok (GNB).[6] India sendiri merupakan salah satu inisiator dari terbentuknya Gerakan Non-Blok pada masa Perang Dingin dimana anggota GNB bertujuan untuk memperjuangkan perdamaian internasional dengan tidak memihak terhadap blok kekuatan manapun yang diresmikan di Bandung pada tahun 1955. Salah satu butir dari deklarasi GNB sendiri adalah untuk melakukan “penyelesaian semua perselisihan internasional dengan cara damai, seperti negosiasi, konsiliasi, arbitrasi atau penyelesaian yudisial serta cara damai lainnya yang dipilih sendiri oleh para pihak, sesuai dengan piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

Namun, kini kondisi geopolitik baru Indo-Pasifik telah menginisiasi terbentuknya koalisi Quad yang dapat dilihat secara luas sebagai berubahnya arah hubungan internasional India yang tidak sesuai dengan GNB. Bagi pendukung QUAD, pelepasan Delhi yang tampak jelas dari konsep non-blok dan otonomi strategis yang telah menentukan kebijakan luar negeri independen India sejak lama.[7] Hal ini, walaupun dianggap sebagai kerja sama “strategis” oleh AS, namun banyak negara di Asia yang mengkhawatirkan akan adanya potensi konfrontasi antara Quad dan China, sama seperti yang digaungkan India dulu saat Perang Dingin.

Walaupun begitu, seperti negara GNB pada umumnya yang tidak terikat pakta mana pun, bersifat lebih oportunis dibandingkan negara-negara yang terikat aliansi. Pada tahun 1970an, ketika India terancam oleh pemulihan hubungan China-AS, India beralih ke Uni Soviet pada 1970-an untuk memulihkan keseimbangan lingkungan keamanan regionalnya. Namun setelah Uni Soviet runtuh, India tentu saja meningkatkan keterlibatannya dengan Amerika Serikat termasuk dalam arena kerja sama militer. Namun, ketika India melihat ketakutan akan momen unipolar membuat India melakukan lindung nilai terhadap potensi ancaman dari tindakan AS. Delhi memilih untuk bergabung dengan inisiatif Rusia untuk apa yang disebut ‘segitiga strategis’ dengan China yang akhirnya menjadi forum BRICS.

Pada Mei 2022, Menteri Luar Negeri S Jaishankar pada hari Sabtu mengatakan bahwa India telah mampu mempertahankan kebijakan non-bloknya dalam skenario global yang terpolarisasi dengan memperjelas kepentingannya sendiri dan percaya diri untuk mengejarnya.[8] Namun, berkembangnya China, dan juga inisiatif AS dalam “memanfaatkan” QUAD dapat mengaburkan integrasi India dalam menjalankan GNB ini. Walaupun perlu diingat bahwa QUAD bukan pakta seperti NATO, tetapi, kelompok itu dapat dikatakan mengarah pada sebuah aliansi “non-formal”, membuat India yang awalnya merupakan negara non-blok, menjadi negara multi-blok.[9]

[1] Brad Lendon, “US and India to boost defense and technology cooperation as China threat grows”, CNN, 1 Februari 2023, https://edition.cnn.com/2023/02/01/asia/us-india-defense-technology-cooperation-intl-hnk/index.html

[2] Ibid

[3] Ibid.

[4] Deeptiman Tiwary, “First time, India-US exercise includes response to nuke & bio terror attacks”, Indian Express, 11 Februari 2023, https://indianexpress.com/article/india/first-time-india-us-exercise-includes-response-to-nuke-bio-terror-attacks-8437926/

[5] https://www.reuters.com/world/india/indias-military-civil-ambitions-dominate-aero-india-show-2023-02-12/

[6] Kallol Bhattacherjee, “India and Egypt reiterate support for Non-Aligned Movement”, The Hindu, 27 Januari 2023, https://www.thehindu.com/news/national/india-and-egypt-reiterate-support-for-non-aligned-movement/article66437222.ece

[7] C. Raja Mohan, “Non-Alignment, nationalism and the Quad”, ORF Online, 13 April 2021, https://www.orfonline.org/expert-speak/non-alignment-nationalism-and-the-quad/

[8] “India maintaining its non-aligned policy: Jaishankar”, Times of India, 28 Mei 2022,  https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-maintaining-its-non-aligned-policy-jaishankar/articleshow/91859960.cms

[9] P.S. Raghavan, “The Making of India’s Foreign Policy: From Non-Alignment to Multi-Alignment”, India Foreign Affairs Journal, Vol. 12, No. 4, hlm 326-341, Oktober-Desember 2017