17 Januari – Pidato Military-Industrial Complex oleh Dwight D. Eisenhower

Pada 17 Januari 1961, Presiden Dwight D. Eisenhower mengakhiri masa jabatannya dengan satu pidato kepresidenan terakhirnya. Pidato itu berisi mengenai bagaimana kedekatannya dengan kongrest semenjak perang dan menjadi hubungan yang saling ketergantungan hingga menjelaskan mengenai military industrial complex (Kompleks Industri-Militer atau MIC).

Eisenhower mengatakan bahwa selama ini, AS memiliki tujuan untuk menjaga perdamaian dunia, namun, krisis akan selalu muncul dengan caranya sendiri yang disebabkan oleh faktor asing maupun domestik, baik dalam skala besar maupun kecil. Ekspansi militer besar-besaran AS sendiri bertujuan untuk menangkal hal-hal tersebut. Elemen vital dalam menjaga perdamaian adalah pendirian militernya, sehingga persenjataan AS harus dalam kondisi prima dan siap untuk aktivitas mendadak sehingga tidak ada agresor potensial yang tergoda untuk mengambil risiko kehancuran yang besar.[1]

Untuk itu, industri persenjataan harus sangat kuat dengan pengembangan pembangunan industri bersenjata yang secara cepat berkembang dengan pesat dan besar, dan hubungan antara pengembangan pertahanan dan kaitannya dengan industri senjata ini merupakan hal baru bagi AS pada masa Eisenhower yang didorong oleh perkembangan teknologi yang pesat pada waktu itu.

Sebelum dan selama Perang Dunia Kedua, industri Amerika telah berhasil beralih ke produksi pertahanan sesuai tuntutan krisis, tetapi di luar perang, apa yang disebut Eisenhower sebagai industri persenjataan permanen dengan proporsi yang sangat besar muncul. Terkait fenomena ini, Eisenhower memperingatkan, “[sementara] kami menyadari kebutuhan mendesak untuk perkembangan ini… Kita tidak boleh gagal untuk memahami implikasinya yang serius, kita harus waspada terhadap akuisisi pengaruh yang tidak beralasan… Potensi munculnya bencana dari kekuatan yang salah tempat ada dan akan bertahan.”[2] Eisenhower memperingatkan bahwa kolaborasi pemerintah federal dengan aliansi pemimpin militer dan industri, meskipun perlu, rentan terhadap penyalahgunaan kekuasaan.

Military-Industrial Complex adalah frasa tidak resmi yang digunakan untuk menandakan hubungan yang berkelanjutan antara entitas pemerintah dan produsen/organisasi yang bergerak di sektor pertahanan.[3] Persatuan ini dapat menghasilkan keuntungan yang jelas bagi kedua belah pihak, dimana perencana perang menerima alat yang diperlukan untuk aktivitasnya perang (sambil memajukan kepentingan politiknya di luar negeri) sementara perusahaan pertahanan menjadi penerima kesepakatan yang menghasilkan jutaan atau miliaran dolar yang menguntungkan.

Pada masa PD II, walaupun pengeluaran AS berkurang, namun pembelian senjata merupakan salah satu kegiatan yang terus dilakukan. Bahkan Amerika Serikat, hanya membuat 15.000 peluru artileri dalam satu bulan.[4] Namun, perkembangan MIC semakin pesat setelah terjadinya serangan terhadap twin towers atau yang dikenal dengan peristiwa 9/11 memberikan satu titik kritis untuk menilai proposisi ini, karena ada berbagai cara serangan 9/11 dapat ditafsirkan sebagai ancaman keamanan yang kemudian menjadi doktrin George W. Bush yang mengacu pada tiga aspek respons kebijakan terhadap ancaman terorisme.

Pertama adalah pendekatan militerisasi global yang mendorong peningkatan kuat dalam semua aspek pengeluaran militer, lalu pendekatan perang preventif yang membenarkan serangan AS terhadap kelompok terorisme di berbagai negara, dan strategi kemunduran yang memberikan dukungan untuk penggulingan AS dan membentuk ulang negara-negara tersebut menjadi negara yang pro-AS seperti negara-negara Teluk Persia.

Periode-periode ini menunjukkan bahwa keputusan pembelanjaan semacam itu bukanlah karena tuntutan akan kebutuhan, melainkan produk dari rangkaian negosiasi yang kompleks antara aktor politik dan ekonomi yang kuat. Ahli teori kekuatan elit yang bekerja dalam tradisi C. Wright Mills telah lama berpendapat bahwa konstelasi kepentingan yang terdiri dari MIC telah membentuk, dan menyempurnakan definisi “kepentingan nasional” untuk memaksimalkan keuntungan dan melindungi akses ke sumber daya nasional.[5] Pada 2012, Lockheed Martin (76 persen), BAE Systems (95 persen), Raytheon (92 persen), General Dynamics (66 persen), dan Northrop Grumman (77 persen) bergantung pada penjualan senjata yang mencakup lebih dari setengah total penjualan mereka.[6]

Secara lebih rinci, aktor-aktor yang terlibat MIC AS meliputi birokrasi yang terkait secara keseluruhan atau sebagian dengan aparat militer negara bagian AS termasuk Departemen Pertahanan, termasuk 17 badan intelijen yang melakukan berbagai operasi asing yang melibatkan segala hal mulai dari spionase ke intervensi AS tingkat rendah, dan Departemen lain, seperti Departemen Energi serta NASA, dan baru-baru ini Departemen Keamanan Dalam Negeri, yang mencurahkan sebagian anggaran mereka untuk pengeluaran militer tambahan dan persiapan militer.[7]

Relevansinya dengan saat ini terlihat dari invasi Rusia ke Ukraina dimana bantuan militer dari AS dan negara anggota NATO menjadi salah satu fokus dari banyak berita. Hingga saat ini, diperkirakan bantuan NATO untuk ukraina sendiri telah mencapai $40 miliar. Angka ini memperlihatkan bahwa anggota NATO telah menghabiskan 17 kali lebih banyak dari Rusia untuk pengeluaran militer sebelum perang.[8]

Penelitian baru dari Stop Wapenhandel dan Transnational Institute mengungkapkan bahwa industri senjata telah menggunakan sentimen ketakutan untuk menutupi citranya dan memposisikan dirinya sebagai mitra penting yang dapat menyediakan alat yang diperlukan untuk memastikan keamanan disamping keuntungan besar yang mereka raih.[9]

Akibatnya, perang Ukraina menjadi salah satu medan untuk uji coba persenjataan canggih milik AS dan sekutunya karena semenjak Perang Dingin berakhir, negara Barat mengurangi stok senjata yang mereka produksi. Namun saat ini, AS dan banyak sekutu NATO berebut untuk meningkatkan pasokan mereka, yang akan terbukti sangat menguntungkan bagi MIC mereka masing-masing.

[1] “Military-Industrial Complex Speech”, Dwight D. Eisenhower, 1961

[2] “President Eisenhower warns of military-industrial complex”, History, https://www.history.com/this-day-in-history/eisenhower-warns-of-military-industrial-complex

[3] “What is the Military-Industrial Complex?”, Military Industrial Complex, https://www.militaryindustrialcomplex.com/what-is-the-military-industrial-complex.php

[4] Paul Rogers, “The future of Russia in Ukraine: a different kind of war?”, Open Democracy, 2 Desember 2022, https://www.opendemocracy.net/en/russia-ukraine-bakhmut-weapons-supplies-low-level-war-prospects/

[5] Ronald W. Cox, “The Military-Industrial Complex and US Military Spending After 9/11”, Class, Race and Corporate Power, Vol 2, No. 2, 2014

[6] Ibid.

[7] Ibid.

[8] Niamh Aine Ni Bhriain, “The military-industrial complex cashing-in on the Ukraine war”, EU Observer, 7 Desember 2022, https://euobserver.com/opinion/156518

[9] Ibid.