Dokumen Pentagon yang Bocor Memberikan Gambaran Persepsi Intelijen AS

Departemen Kehakiman AS telah membuka penyelidikan atas kebocoran kumpulan dokumen intelijen AS yang diposting di media sosial dalam beberapa pekan terakhir. Penyelidikan dilakukan ketika dokumen baru muncul pada awal Maret yang mencakup informasi-informasi rahasia yang mungkin bagi sekutu terdekat AS pun tidak dapt diberikan.

Dokumen tersebut memberikan informasi rahasia mulai dari operasi tentara bayaran Grup Wagner di Afrika dan jalur Israel untuk memberikan bantuan mematikan ke Ukraina, hingga intelijen tentang hubungan Uni Emirat Arab dengan Rusia dan kekhawatiran Korea Selatan tentang penyediaan amunisi ke AS untuk digunakan. dalam bahasa Ukraina.

Kebocoran dokumen itu baru menjadi perhatian banyak orang adalah ketika seseorang memposting dokumen tersebut di 4chan, sebuah forum web yang populer di kalangan ekstremis, dan kemudian seorang pembicara Rusia memposting versi yang diubah dari salah satu dokumen tersebut di Telegram.

Akibat kebocoran itu, Pentagon mengambil langkah-langkah untuk memperketat aliran dokumen yang sangat sensitif tersebut. Akibat kebocoran dokumen itu, Ukraina telah mengubah beberapa rencana militernya karena kebocoran tersebut, kata seorang sumber yang dekat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kepada CNN. Selain itu, Pentagon telah melakukan upaya antar-lembaga untuk menilai dampak kebocoran itu, kata wakil sekretaris pers Pentagon, Sabrina Singh, 9 Maret 2023 lalu.

Pejabat AS sangat khawatir akan dampak dari bocornya dokumen rahasia, salah satunya adalah satu dokumen dari bulan Februari berjudul “Rusia-Ukraina: Pertempuran untuk Wilayah Donbas Kemungkinan Menuju Kebuntuan Sepanjang 2023.” Dokumen tersebut mencatat tantangan dalam menilai “ketahanan operasi Ukraina.”

Dokumen lain mengungkapkan pendapat AS tentang niat beberapa negara Eropa untuk menyumbangkan jet tempur ke Ukraina, yang telah meminta pesawat selama lebih dari setahun. Ada pula peta pergerakan dan kemampuan pasukan Rusia yang termasuk dalam kumpulan dokumen sebagian bersumber dari sumber rahasia, memicu ketakutan di kalangan pejabat AS bahwa aset tersebut sekarang bisa dalam bahaya.

Dokumen-dokumen itu juga memberikan jendela ke angka korban di kedua sisi, angka yang terkenal sulit untuk diperkirakan secara akurat dan AS enggan untuk membagikannya secara rinci kepada publik. Menurut salah satu dokumen, pasukan Rusia telah menderita 189.500 hingga 223.000 korban pada Februari, termasuk sebanyak 43.000 tentara tewas dalam aksi. Ukraina, sementara itu, telah menderita 124.500 hingga 131.000 korban, dengan 17.500 tewas dalam aksi, kata laporan itu.