Banjir di Provinsi Henan, China: Ambisi Ekonomi dan Perubahan Iklim

Setidaknya 69 orang tewas dan 5 orang masih dinyatakan hilang akibat banjir besar yang terjadi di Zhengzhou, Provinsi Henan sejak Selasa (20/07). Menurut otoritas meteorologi China, Henan telah mengalami curah hujan yang tidak seperti biasanya dan parah sejak Sabtu (17/07).[1] Di Ibu kota Provinsi Henan, Zhengzhou, curah hujan selama tiga hari tersebut setara dengan volume curah hujan selama setahun, akibatnya saluran air tidak mampu menampung air hujan yang menyebabkan banjir lumpur hingga ke jalur kereta bawah tanah.[2] Presiden China, Xi Jinping mengatakan pada kantor berita negara Xinhua bahwa situasinya akibat banjir tersebut “sangat parah” dan memerintahkan pihak berwenang untuk “memprioritaskan keselamatan nyawa dan harta benda masyarakat.”[3]

Bencana banjir di Henan mengakibatkan kerusakan dan kelumpuhan di berbagai sektor. State Grid Zhengzhou Power Supply Co terpaksa menutup gardu induk Kota Zhengzhou, sistem kereta bawah tanah yang banjir juga ditutup, layanan kereta api ditangguhkan, dan ratusan penerbangan dibatalkan. Selain itu melansir People’s Daily, akses ke sejumlah sekolah dan rumah sakit telah terputus oleh banjir dan kehilangan aliran listrik sehingga rumah sakit di Kota Zhengzhou harus mencari tempat alternatif untuk memindahkan sekitar 600 pasien yang kritis.[4] Sekitar 200.000 masyarakat telah dievakuasi dari akibat banjir besar.

Banjir ini tentu terjadi karena banyak faktor, namun tidak dapat dipungkiri bahwa meningkatnya suhu dunia akibat perubahan iklimmenjadi faktor penyumbang mengapa hujan dengan curah hujan ekstrim dapat terjadi. Walaupun banjir biasa terjadi selama musim hujan di China, tetapi situasi memburuk selama beberapa dekade, sebagian karena pembangunan bendungan dan tanggul yang meluas.[5] Provinsi Henan sendiri merupakan sebuah daerah yang kurang berkembang pada awalnya, namun Beijing kemudian berusaha membuat kemajuan di daerah tersebut dengan mengubahnya menjadi daerah industri.

Sampai saat ini, Zhengzhou adalah salah satu pusat manufaktur utama China, industri yang terkenal yang berada di daerah ini adalah industri Foxconn gandengan dari perusahaan Apple yang membuka pabrik besar dengan kapasitas 250.000 pekerja yang menghasilkan 80 persen produk iPhone di seluruh dunia.[6] Selain itu, perusahaan-perusahaan besar di sektor teknologi informasi, biomedis, penerbangan, dan e-commerce juga berada di wilayah Zhengzhou. Hal ini tentu berimbas pada lingkungan dan menjadikan Zhengzhou sebagai salah satu kota paling berpolusi di China sejak 2015. Namun, menurut pemerintah setempat, koridor ekologi Zhengzhou akan dilakukan dengan melakukan penghijauan jalan raya, kanal, dan tepi danau.[7]

Selain itu, salah satu wilayah industri yang terkenal di Zhengzhou adalah The Zhengzhou Airport Economy Zone (ZAEZ). Dari tahun 2013-2017, 334 proyek besar telah diselesaikan, dengan total investasi tetap pada tahun 2017 mencapai 10 miliar dollar Amerika Serikat (AS), dan produk domestik bruto pada tingkat gabungan tahunan naik hampir 20 persen sejak 2013.[8] Hingga pada 2018, pendapatan rata-rata masyarakat di Kota Zhengzhou berlipat ganda hingga mencapai 33.105 yuan (4.791 dollar AS).[9]

Namun, walaupun perkembangan ekonomi China khususnya lewat Zhengzhou berkembang dengan baik, pembangunan yang pesat untuk kepentingan industri juga akan merubah lingkungan secara pesat yang mejadi penyumbang terjadinya perubahan iklim. Xi Jinping sendiri pada sebuah pidato di Jenewa tahun 2013 pernah mengatakan bahwa ia berjanji untuk membangun “peradaban ekologis” di China dan membuktikannya dengan berbagai program hijau yang mendukung lingkungan seperti program Sponge City yang dapat membuat resapan air lebih banyak ketika hujan deras nyatanya tetap tidak dapat membendung hujan ekstrim dengan durasi tiga hari saja walaupun pejabat setempat mengatakan bahwa hujan tersebut “menembus catatan sejarah hujan ekstrim”. Padahal pada tahun 2018, pemerintah kota merencanakan anggaran sebesar 8,2 milar dolar AS untuk mengubah seperlima dari Zhengzhou menjadi Sponge City.[10]

Aktifitas alam yang tidak biasa ini tentu berkaitan dengan perubahan iklim akibat global warming dan China setidaknya berusaha memperbaiki negaranya agar lebih ramah lingkungan, terutama di kota-kota industri seperti Zhengzhou. Tetapi, perubahan iklim ini bukan sebuah isu yang dapat diselesaikan hanya oleh sebuah atau sebagian negara, melainkan yang harus diselesaikan bersama. Perubahan iklim sendiri membuat banyak fenomena alam menjadi ekstrim dan sulit diprediksi oleh para ilmuwan. Beberapa bencana sebelumnya yang gagal diprediksi secara pasti adalah banjir di Jerman dan kubah panas Amerika Utara. Walaupun begitu, para ilmuwan telah memperingatkan dalam beberapa dekade bahwa pemanasan iklim secara cepat akan menghasilkan hujan dan gelombang panas yang ekstrim, walaupun komputer mereka tidak cukup kuat untuk secara akurat memproyeksikan tingkat keparahan ekstrim tersebut.[11]

Kejadian di Jerman, Amerika Utara, dan China ini merupakan beberapa contoh yang dapat menjadi gambaran bahwa perubahan iklim harus diatasi bersama-sama. Seperti program nol emisi pada 2050 merupakan sebuah langkah panjang yang dapat diadopsi banyak negara, tetapi secara internal, tentu masing-masing negara perlu mengubah wilayahnya agar lebih ramah lingkungan. Usaha China dengan membuat Sponge City tentu merupakan langkah besar, tetapi jika hanya diterapkan di China, perubahan iklim akan tetap terjadi.


[1] BBC, “China floods: 12 dead in Zhengzhou train and thousands evacuated in Henan”, BBC, 22 Juli 2021, https://www.bbc.com/news/world-asia-china-57861067

[2] Ibid.

[3] Jessie Yeung, Nectar Gan, dan Zixu Wang, “Passengers trapped inside submerged subway as deadly floods sweep central China”, CNN, 21 Juli 2021, https://edition.cnn.com/2021/07/21/china/zhengzhou-henan-china-flooding-intl-hnk/index.html

[4] Al Jazeera, “Central China: 25 dead in flooded Zhengzhou metro, landslides“, Al Jazeera, 20 Juli 2021, https://www.aljazeera.com/news/2021/7/20/army-issues-dam-warning-deadly-storm-hits-china

[5] Ibid.

[6] Wade Shepard, “Zhengzhou is at the heart of manufacturing in China, from iPhones to vehicles and frozen food”, South China Morning Post, 5 April 2016, https://www.scmp.com/presented/news/china/topics/go-china-zhengzhou/article/1931472/zhengzhou-heart-manufacturing-china

[7] Wade Shepard, “Zhengzhou focuses on ecological conservation and improvement of green spaces”, South China Morning Post, 5 April 2018, https://www.scmp.com/presented/news/china/topics/go-china-zhengzhou/article/1931475/zhengzhou-focuses-ecological

[8] John D. Kasarda, “China’s Aerotropolis: The Zhengzhou Airport Economy Zone”, International Airport Review, 13 Agustus 2018, https://www.internationalairportreview.com/whitepaper/73497/chinas-aerotropolis-airport-economy/

[9] Philip Wen, Stella Qiu, dan Yawen Chen, “China dreams on hold: heartland city feels chill of economic slowdown”, Reuters, 28 Mei 2019, https://www.reuters.com/article/us-china-economy-henan-socialmobility-in-idUSKCN1SY017

[10] Christian Shepherd,  China flooding kills a dozen people in industrial centre Zhengzhou”, Financial Times, 21 Juli 2021, https://www.ft.com/content/ca6f8716-9a5a-4d7a-9cc7-808a6c5203d1

[11] Roger Harrabin, “Climate change: Science failed to predict flood and heat intensity”, BBC, 16 Juli 2021,  https://www.bbc.com/news/science-environment-57863205