Hungaria Kembali Dipimpin Oleh “Sahabat” Rusia

Viktor Orban, pemimpin otoriter Hungaria yang juga merupakan kawan dari Rusia telah memenangkan pemilihan parlemen untuk negara tersebut yang ke empat kalinya. Kampanye pemilu kali ini didominasi oleh invasi Rusia ke Ukraina, yang menempatkan hubungan panjang Orban dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di bawah pengawasannegara-negara Barat.

Lewat partai Fidesz, ia mendapatkan suara sebanyak 75% dari hasil suara pada Minggu, 3 April 2022. Fidesz memimpin dengan 135 kursi dari total 199 kursi di parlemen, sementara aliansi enam partai oposisi mendapatkan 57 kursi. Partai Fidesz menang di sebagian besar negara. Bahkan pemimpin oposisi Peter Marki-Zay gagal memenangkan pemilihan di distriknya sendiri, di mana ia pernah menjabat sebagai walikota.

Hungaria sendiri sangat bergantung pada energi Rusia. Orban juga diketahui “mendukung” Rusia dengan tidak ikut mengambil tindakan yang dapat “menghukum” Vladimir Putin. “Kami memiliki kemenangan yang dapat dilihat dari bulan, tetapi pasti dapat dilihat dari Brussel,” kata Orban dalam pidatonya pada Minggu malam. menyoroti ketegangan yang telah berlangsung lama antara pemerintahnya dengan para pemimpin Uni Eropa.

Dalam pidato kemenangannya, Orban menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai salah satu “lawan” yang harus ia kalahkan selama kampanye. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, sebenarnya Orban berkampanye agar Budapest tidak turut serta dalam konflik Moskow dengan Kiev. Pria berusia 58 tahun tersebut juga mendukung sebagian besar sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, tetapi menolak untuk menjatuhkan sanksi.

Pengambilan sisi oleh Orban ini datang dengan konsekuensi sendiri. Setia menjadi sekutu Rusia, membuatnya memiliki banyak “musuh” politik. Beberapa musuh Orban antara lain seperti Partai Kiri Hungaria, Birokrat Uni Eropa, media internasional, dan Presiden Ukraina. “Dan juga presiden Ukraina — kami tidak pernah memiliki begitu banyak lawan pada saat yang bersamaan.” tutur Orban.

Oposisinya mengkritik sikap dari Orban. Marki-Zay pada Maret lalu mengatakan bahwa Pemerintahan Orban tengah menikmati usaha Putin dalam membangun kembali kekaisaran Soviet dilansir dari Reuters.

Sebelumnya, Kantor Eropa untuk Lembaga Demokratik dan HAM (Europe’s Office for Democratic Institutions and Human Rights atau OSCE), merekomendasikan operasi pemantauan internasional skala penuh pemilu Hungaria tersebut. Sebuah langkah langka yang dilakukan untuk negara Uni Eropa.

Selama 12 tahun pemerintahannya, Orban diketahui telah menguasai berbagai lembaga pemerintah, dari lembaga peradilan, media, dan pendidikan yang saat ini akan kembali berjalan hingga pemilu tahun 2026.