Kudeta di Guinea, Pemimpin Militer Muncul ke Publik
Pengambilalihan kekuasaan kembali terjadi, di mana kali ini terjadi di wilayah Barat Afrika yakni Guinea. Pasukan tentara khusus , National Rally and Development Committee Guinea, mengumumkan di televisi bahwa mereka telah menggulingkan Presiden Alpha Conde.
Sebelumnya, baku tembak terjadi di sekitar istana presiden dan gedung pemerintahan lainnya di wilayah Conakry, menyusul adanya laporan upaya percobaan kudeta. Dua orang dilaporkan mengalami luka-luka.
Sebuah video beredar di internet menunjukkan para tentara berdatangan ke ibu kota guna melancarkan kudeta pemerintahan. Namun, Menteri Pertahanan Guinea mengklaim bahwa militer negara sudah berhasil menahan ancaman dan mengusir kelompok penyerang, tetapi video yang beredar di media sosial menunjukkan sebaliknya, tampak menunjukkan presiden ditahan oleh tentara.
Pemimpin pasukan militer khusus, Mamady Doumbouya, menekankan tindakan tersebut didasari keadaan kemiskinan dan kasus korupsi berkepanjangan yang sudah melanda Guinea selama ini.
Kondisi perpolitikan domestik Guinea cukup riskan sejak pemilihan umum periode lalu sangat kacau karena protes terjadi di berbagai wilayah, bahkan jatuhnya korban jiwa karena oposisi mengklaim kecurangan. Conde yang berusia 83 tahun sudah memenangkan tiga periode kepemimpinan sejak 2010, bahkan selamat dari upaya pembunuhan di tahun 2011.
Periode kepemimpinan ini melebihi batasan periode kepemimpinan yang sesuai hukum hanya diperbolehkan dua periode. Kondisi ini yang semakin meningkat ketidakpercayaan perpolitikan domestik.
Instabilitas dan kompetisi politik domestik Guinea, di mana kudeta juga pernah terjadi pada tahun 1984 dan tahun 2018. Mantan presiden pertama Guinea Lansana Conte menjabat hingga kematiannya di tahun 2008 dikarenakan sakit. Pasca kematian tersebut, terjadi upaya kudeta militer Dewan Nasional untuk Demokrasi dan Pembangunan pada tahun 2008 lalu.
“Kami akan memformulasikan kembali konstitusi secara bersama-sama. Kehidupan personalisasi politik telah usai. Kita tidak akan lagi mempercayakan perpolitikan pada satu orang, namun kepada semua masyarakat. Tindakan ini adalah tugas seorang tentara, untuk menyelamatkan negara.” kata Mamady Doumbouya.
Pasukan militer mengatakan sudah menutup akses darat dan udara negara. Mereka juga akan memanggil menteri kabinet Conde pada Senin pagi waktu setempat di Conakry untuk berdiskusi bersama.
“Kami ingin mengembalikan kesatuan komunitas nasional dan internasional. Presiden saat ini tidak dalam keadaan terancam, Ia sehat dan kami juga memberikannya akses pada tenaga medis.” kata salah satu anggota militer
Militer selanjutnya memberlakukan jam malam nasional yang dimulai pada pukul 8 malam.
Respons Domestik dan Internasional
Sekelompok orang mulai turun ke jalan sembari merayakan kudeta Conde. Kesulitan akses pada kebutuhan mendasar seperti air dan listrik membuat masyarakat turun ke jalan dan mendukung tindakan tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menekankan agar melepaskan Conde dan mengkritisasi upaya pengambilalihan kekuasaan oleh militer di Guinea.
Dari sisi ekonomi, kudeta ini dikhawatirkan menghambat suplai material mentah menjadi metal yang dibutuhkan dalam perdagangan.