China Kembangkan Reaktor Nuklir Tanpa Air Pertama di Dunia

Energi nuklir menjadi salah satu sumber energi yang membutuhkan lebih banyak air dibandingkan sumber energi lain seperti angin dan solar. Air menjadi sumber energi vital bagi proses pembuatan energi nuklir karena dalam pemrosesannya yakni reaksi fisi nuklir, terdapat pembelahan inti massa atom menjadi inti lebih kecil yang sekaligus mengeluarkan energi dalam bentuk lain yakni panas dan radiasi.

 

Proses ini membutuhkan air yang dipanaskan agar dapat memproduksi uap yang juga akan memberikan tenaga pada generator untuk memutar turbin, sehingga dapat menghasilkan listrik. Tidak hanya itu, air juga berfungsi sebagai pendingin dari uap panas yang dihasilkan untuk mengurangi risiko kerusakan atau malfungsi, mengingat reaktor nuklir harus terus dijalankan.

 

Institut Energi Nuklir mengestimasikan bahwa per megawatt-nya sebuah reaktor energi nuklir membutuhkan sekitar 1,514 hingga 2,725 liter air. Jika reaktor nuklirnya besar, maka penggunaannya bisa mencapai 1 miliar galon air per harinya. Maka dari itu, biasanya nuklir dibangun di sekitar laut, danau, atau samudera untuk mendukung kebutuhan vital operasionalnya.

 

Pengembangan Nuklir Tanpa Uranium

Berkaitan dengan ini, peneliti China sedang dalam proses mendesain reaktor nuklir komersial pertama di dunia yang tidak menggunakan air pendingin, sehingga memungkinkan proyek nuklir untuk dibangun di wilayah gurun pasir atau daerah gersang terpencil. Reaktor ini merupakan Molten Salt Reactor (MSR) atau reaktor garam cair yang bahan pendingin utamanya adalah bahan itu sendiri.

 

Proyek bernama Thorium Molten Salt Reactor (TMSR) di wilayah Provinsi Gansu ini sudah diterima Beijing sejak tahun 2011, namun dikarenakan adanya masalah teknis, proyek ini baru bisa dilanjutkan kembali saat ini. Diharapkan prototipenya bisa selesai bulan Agustus nanti, sehingga tes pertamanya dapat dimulai awal September 2021.

 

Tanpa menggunakan bahan uranium, maka reaktor ini juga akan lebih aman dibandingkan reaktor nuklir biasanya, sehingga dampak radiasi juga bisa lebih diminimalisir. Pengembangan nuklir ini diprediksi akan selesai tahun 2030 nanti.

 

Meskipun pembangkit listrik tenaga nuklir relatif tetap berukuran besar seperti sebelumnya, namun MSR atau reaktor nuklir jenis ini memiliki ukuran yang relatif kecil dan fleksibel, sehingga akan lebih mudah untuk memproduksi reaktor kecil sejenisnya.

 

Selain itu, MSR ini juga dipercaya akan mendukung proyek energi terbarukan karena akan dikombinasikan dengan energi terbarukan lainnya yakni energi angin dan panas yang terlebih dahulu dimiliki oleh China, di mana salah satunya berada juga di wilayah Provinsi Gansu.

 

Pemanfaatan energi angin terbarukan China sudah maju, bahkan hampir melebihi kemampuan pengembangan angin di Eropa karena kapasitasnya yang tinggi.