Mengenang 18 Tahun Pasca Gempa & Tsunami Aceh

Pada tanggal 26 Desember 2004, pukul 07:58 WIB terjadi gempa berkekuatan 9,1-9,3 SR yang berpusat di 160 KM LEPAS PANTAI barat Sumatera bagian utara, Indonesia.

Gempa megathrust bawah laut ini disebabkan oleh retakan sepanjang patahan antara Lempeng Burma dan Lempeng Hindia. Efek gempa tersebut menghasilkan energi sebesar 1.500x lebih besar dari pada bom atom Hiroshima.

Efek dari guncangan gempa ini kepulauan Nikobar & Andaman milik India bahkan bergeser jauh 1,25 meter ke arah barat daya. Dahsyatnya gempa ini menghasilkan gelombang Tsunami yang tersebar ke seluruh pantai di Samudera Hindia, hingga titik terjauhnya sampai di Afrika Selatan.

Rata-rata tinggi gelombang Tsunami di Aceh mencapai 10-15 meter saat mencapai daratan dan naik hingga 30 meter saat air melaku di darat, total ada 227.898 orang tewas dari 14 negara terdampak Tsunami.

Setelah itu, operasi bantuan kemanusiaan mulai bermunculan dari negara-negara Internasional, total ada 56 negara dunia memberikan bantuan uang, jasa dan lain-lain kepada 14 negara terdampak Tsunami, ini belum termasuk organisasi macam Uni Eropa dan PBB.

Secara total, Australia menjadi negara paling besar memberikan bantuan bencana dengan total uang yang disumbangkan mencapai $1,09 Miliar dalam kurs 2005, di ikuti oleh Amerika Serikat sebesar $950 Juta, dan Rusia hanya $ 2Juta saja.

$760,6 Juta dari total sumbangan Australia diberikan kepada Indonesia, menjadikannya negara paling besar mendapatkan donor bantuan dari negara kangguru tersebut.

Pada tanggal 5 Januari 2007 di Jakarta, Perdana Menteri John Howard mengumumkan paket bantuan Australia tersebut dan pihak Indonesia menyebutkan ini melebihi setengah yang diharapkan.

Bencana Gempa dan Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 ini tak semata meninggalkan kesedihan yang mengharu biru. Bencana ini juga meninggalkan pembelajaran tentang pentingnya kebersamaan untuk bangkit pascabencana,bantuan komunitas internasional yang dilakukan untuk bergerak bersama membantu meringankan beban masyarakat Aceh. Ini menjadi pembelajaran berharga bagi semua, bahwa upaya untuk bangkit, upaya untuk maju tidak bisa dilakukan sendiri, semua harus dilakukan secara bersatu padu dan bersama-sama.