AS Serang Milisi Pro-Iran di Perbatasan Irak-Suriah

Pada Minggu (27/6), Amerika Serikat melancarkan serangan udara terhadap milisi dukungan Iran di wilayah perbatasan Irak dan Suriah atas perintah langsung Presiden Joe Biden. Hal ini disampaikan oleh Juru bicara Departemen Pertahanan AS  John Kirby dalam pernyataannya  “Di bawah perintah Presiden Biden, militer AS melancarkan serangan udara ke fasilitas yang digunakan oleh kelompok milisi yang didukung Iran di perbatasan Irak-Suriah” ujarnya.  

Militer AS melakukan serangan dengan pesawat F-15 dan F-16 dan para pilot berhasil kembali dari misi dengan selamat, yang mana targetnya ialah fasilitas penyimpanan dan operasi senjata di dua lokasi di Suriah dan satu lokasi di Irak. Sedangkan fasilitas yang ditargetkan merupakan milik kelompok milisi pro-Iran, termasuk Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

Dua pejabat militer AS, yang berbicara kepada Reuters secara anonim, menyatakan bahwa mereka meningkatkan serangan udara sebagai pembalasan atas serangan pesawat tak berawak (drone) milisi terhadap personelnya di Irak. Keduanya pun menambahkan milisi yang didukung Iran melakukan setidaknya lima serangan pesawat tak berawak terhadap fasilitas yang digunakan oleh AS dan personel koalisi di Irak sejak April.  Para pejabat ini mempercayai bahwa Iran berada di balik peningkatan serangan pesawat tak berawak yang semakin canggih dan tembakan roket berkala terhadap personel dan fasilitas AS di Irak, di mana militer AS telah membantu Baghdad memerangi sisa-sisa ISIS.

Pentagon dalam pernyataannya menyebutkan bahwa sebagaimana yang ditunjukkan dari serangan pada minggu malam, Presiden Biden sudah menegaskan secara jelas bahwa dia akan mengambil tindakan untuk melindungi personel Amerika Serikat.

Ini adalah kedua kalinya Amerika Serikat menyerang Timur Tengah atas perintah Presiden.  Presiden Biden pertama kali memerintahkan serangan udara terhadap milisi yang didukung Iran di Suriah pada Februari lalu, sekitar sebulan setelah dia dilantik sebagai presiden. Saat itu, pihak militer juga menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan tanggapan atas serangan roket yang menghantam pangkalan militer AS di Irak beberapa pekan sebelumnya. Adapun Pemerintah Irak sedang berjuang untuk menangani milisi yang secara ideologis bersekutu dengan Iran yang dituduh menembakkan roket terhadap pasukan AS dan terlibat dalam pembunuhan aktivis pro-demokrasi yang damai.