Kembali Terjadi, Bentrokan Polisi di Venezuela Menewaskan Sekitar 26 Orang

Kondisi keamanan sosial di Venezuela kembali memanas selama beberapa bulan ke belakang, terutama saat peristiwa bentrokan beberapa waktu lalu antara kepolisian dan anggota kelompok bersenjata Kolombia yang menewaskan 26 orang. Jumlah korban sipil masih belum dapat dipastikan, mengingat beberapa warga sipil banyak terkena peluru nyasar dampak dari bentrokan bersenjata ini.

Bentrokan ini terjadi di sekitar perbatasan kedua negara dan pecah setelah beberapa hari baku tembak terjadi, sehingga memaksa masyarakat sipil untuk menyelamatkan diri dan pergi ke beberapa wilayah yang lebih aman.

Otoritas setempat mengerahkan sekitar 2.500 anggota kepolisian ke Cota 905 untuk mengepung pergerakan kelompok bersenjata, termasuk meluncurkan tiga roket, ribuan amunisi dan senjata dalam operasi ini. Pemerintah Venezuela juga melakukan penawaran yakni uang sebanyak USD 500.000 untuk pemberitahuan lokasi pemimpin kelompok bersenjata tersebut.

Presiden Venezuela Nicolás Maduro mengatakan setidaknya terdapat 10 dari sekitar 20 orang “paramiliter” Kolombia tewas dalam bentrokan ini. Tiga orang di antaranya berhasil ditangkap beserta perlengkapan senjatanya, namun sisanya masih dalam pencarian. Venezuela hanya mencap kelompok bersenjata ini sebagai “teroris” atau mengaitkan dengan kelompok penjualan obat-obatan terlarang serta bagian dari kelompok bayaran Presiden Kolombia Ivan Duque.

Kritik Internasional

Penanganan krisis nasional yang berdampak pada regional ini dikritisi oleh para akademisi, aktivis kemanusiaan, dan internasional. Hal ini dikarenakan terdapat warga sipil yang menjadi korban bentrokan, lambatnya pelemahan kekuatan dan sumber senjata kelompok ini, serta lemahnya perlindungan keamanan pada sipil.

Situasi keamanan di Venezuela memang sudah cukup lama mengalami krisis terutama diperparah oleh faktor ekonomi, sehingga mendorong lemahnya perlindungan sipil karena banyaknya praktik obat-obatan ilegal, senjata, dan lain-lain. Kondisi ini membuat perluasan kekuatan kelompok bersenjata menguat, seakan pemerintah tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi hal ini.

Terlebih, Wakil Presiden Venezuela Delcy Rodríguez juga menilai adanya campur tangan asing seperti Amerika Serikat dan Kolombia yang membiayai aksi kelompok tersebut untuk semakin melemahkan stabilitas negara Venezuela. Hubungan politik Kolombia – Venezuela sedang tidak membaik sejak 2019 lalu,  sejak Kolombia mengakui kekuasaan pemimpin oposisi Venezuela. Hal ini dikarenakan pada politik domestik Venezuela juga rentan dengan konflik kepentingan terutama dari pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido yang menyatakan pemerintahan diktator Venezuela sedang melakukan pertunjukan politik selagi masyarakat sipil pergi menyelamatkan dirinya.