Peresmian Prototipe Jet Tempur KFX/IFX: Babak baru Kerjasama pertahanan Korea Selatan-Indonesia

Indonesia dan Korea Selatan merupakan dua negara yang memiliki hubungan bilateral yang erat diberbagai sektor, salah satunya ialah pertahanan. Kerjasama pertahanan yang dilakukan antara kedua negara pun beragam mulai dari dialog, latihan militer bersama hingga proyek industri pertahahan. Kamis (9/4), Menteri Pertahanan (Menhan) Indonesia Prabowo Subianto menghadiri undangan pemerintah Korea Selatan dalam peresmian prototipe Jet Tempur KIX/IX. Bagaimana dampak peresemian prototipe Jet tempur ini terhadap kerjasama pertahanan Korsel-Indonesia?

Hubungan bilateral antara Korea Selatan- Indonesia di bidang pertahanan
Kerjasama bilateral di bidang pertahanan antara Korea Selatan dengan Indonesia yang tercantum pada MoU (Memorandum of Understanding) sudahterjadi pada tahun 1999. Seiring dengan meningkatnya hubungan diplomatik antara pemerintah RI dengan Republic of Korea (ROK) dari strategic partnership menjadi special strategic partnership, memberikan dampak terhadap peningkatan hubungan Militer dan Pertahanan.  Hal tersebut ditandai dengan kerjasama pengadaan alutsista dari industri pertahanan Korsel untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI, yakni kerjasama pembangunan kapal selam, pesawat T50 dan pesawat tempur KFX/IFX.[1]  Selain itu, pihak Korea juga membeli alutsita dari pemerintah RI berupa pesawat CN-235 untuk digunakan oleh Republic of Korea Air Force (ROKAF) dan Korean Coast Guard (KCG) sebagai bentuk imbal dagang.[2]

Roll Out Ceremony Program KIX/IX
Korea Aerospace Industries (KAI) pada hari Jumat (9/4) secara resmi meluncurkan prototipe jet tempur program Korea Fighter eXperimental (KF-X) buatan Korea Selatan yang diberi nama KF-21 Boramae, yang menandai perkembangan signifikan Korea Selatan dalam meningkatkan kemampuan pertahanan udara secara mandiri.[3]

Roll Out Ceremony dari prototipe Jet Tempur KF-X/IF-X yang diresmikan oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae In dihadiri pula oleh Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto. Selain itu Presiden Jokowi juga memberikan sambuan secara virtual.[4] Presiden Jokowi menjelaskan bahwa sejak 2010 Indonesia dan Republik Korea telah menandatangani MoU tentang kerjasama pengembangan pesawat tempur KFX/IFX untuk memenuhi kebutuhan alutsista berupa pesawat tempur kedua negara dalam waktu 30 hingga 40 tahun ke depan.

Pengembangan KF-21 telah disebut sebagai proyek militer termahal dalam sejarah Korea, dengan banderol harga sekitar 8,5 triliun won ($ 7,8 juta) untuk pengembangan saja. Sekitar 1,6 triliun won, atau 20 persen, harus dibayar oleh Indonesia, yang pada akhirnya akan menerima 50 dari total 170 jet. Berdasarkan laporan dari Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) Korea Selatan yang diserahkan ke Majelis Nasional pada Februari menunjukkan Indonesia baru membayar 227,2 miliar won dalam tiga kali angsuran awal dari 831,6 miliar won yang dijanjikan untuk pembangunan sejauh ini.[5] Sebelumnya keraguan telah muncul atas komitmen Indonesia untuk program jet dikarenakan muncul anggapan bahwa Indonesia tidak melunasi komitmennya karena sedang mempertimbangkan pembelian Dassault Rafale dan F-15.[6]

Selain itu, kedua negara saling mengirimkan delegasi untuk membahas terkait negosiasi ulang namun masih belum ada indikasi resmi bahwa Korea Selatan dan Indonesia telah menyelesaikan masalah pembagian biaya mereka, serta belum kembalinya 114 teknisi ahli dari PT.Dirgantara yang berpartisispasi dalam program ini dikarenakan merebaknya Covid-19 di Korsel pada Maret tahun lalu.

Babak baru kerjasama pertahanan KFX/IFX
Terlepas dari berbagai asumsi terkait masa depan partisipasi Indonesia dalam projek KFX/IFX ini, kehadiran Indonesia dalam peluncuran prototipe KFX/IFX ini merupakan suatu pertanda baru mengenai keberlanjutan program kerjasama industri pertahanan antar kedua negara. Dimana proyek bersama Korea Selatan-Indonesia untuk mengembangkan jet tempur generasi mendatang secara simbolis menunjukkan tingkat kepercayaan dan kerja sama yang tinggi antara kedua negara bersama dengan proyek kerja sama di kapal selam.

Sebagaiamana disampaikan oleh Presiden Moon menggambarkan perjalanan Prabowo ke sini untuk acara tersebut sebagai representasi “komitmen kuat” Indonesia untuk kerjasama industri pertahanan yang sukses. Ia mengungkapkan harapan untuk memproduksi jet tempur secara massal, mentransfer teknologi, dan memasuki pasar luar negeri.[7] Hal yang sama juga disampaikan oleh Menhan  RI Prabowo Subianto bahwasanya Indonesia siap untuk mempererat kerja sama pertahanan yang lebih erat dengan Korea Selatan peluang kerjasama pertahanan yang perlu dijajaki bersama, terutama dalam rangka membangun rasa saling percaya dan meningkatkan kerja sama industri pertahanan.[8]

Pada dasarnya kerjasama antar negara dilakukan oleh dua negara atau lebih adalah untuk memenuhi kebutuhan masing masing dan mencapai kepentingan mereka. Kerjasama antara Indonesia-Korea Selatan dalam pengembangan KFX/IFX adalah untuk memenuhi kebutuhan negara dan kepentingan keamanan negara dengan cara memproduksi alusista yang akan memperkuat pertahanan negara. Adapun melihat posisi Indonesia dalam program ini bisa dilihat dari sudut Kepentingan Nasional yang digunakan oleh Donald E. Nuchterlain. Ia mengemukakan kepentingan sebagai kebutuhan yang dirasakan oleh suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain yang merupakan lingkungan eksternalnya.[9] Berdasarkan hal ini, maka kita bisa melihat kepentingan Indonesia melakukan kerjasama militer dengan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur KFX/IFX adalah bentuk kepentingan keamanan dan pertahanan negara bagi Indonesia. Dengan melakukan kerjasama militer dengan Korea Selatan dalam pengembangan pesawat tempur KFX//IFX maka Indonesia dapat menambah jumlah alutista pertahanan negara.  

Perlu menjadi perhatian bersama dalam menyongsong babak baru kerjasama proyek pesawat tempur KFX//IFX pasca peluncuran prototipe ialah keberadaan proyek ini dapat meningkatkan industri pertahanan dalam negeri Indonesia untuk menuju ke arah kemandirian dalam pengadaan alutsista sehingga dapat mengurangi ketergantungan kepada negara lain. Selain itu juga dapat berefek terhadap perekonomian dan dapat menciptakan kemampuan pertahanan yang dapat diandalkan.

Simak tampilan Jet Temur KF-21 Boramae: https://youtu.be/sZ4ENIrMyIY


[1] Kementerian Pertahanan RI. “Kerja Sama Industri Pertahanan, Korsel Tempatkan Indonesia Sebagai Patner Terbaik”. 3 Mei 2018. Retrived from: https://www.kemhan.go.id/2018/05/03/kerja-sama-industri-pertahanan-korsel-tempatkan-indonesia-sebagai-partner-terbaik.html

[2]Kementerian Luar Negeri. “Korea Selatan: Profil dan Hubungan Bilateral”.  https://kemlu.go.id/seoul/id/pages/hubungan_bilateral/558/etc-menu

[3] Lee Jun Hyuk. “KAI unveils first Korean-made fighter jet”. Korea JoongAng Daily. 11 April 2021. Retrived From: https://koreajoongangdaily.joins.com/2021/04/11/national/defense/KFX-defense-military/20210411193100366.html

[4] Ferry Sandi. “Bukan Cuma Prabowo, Jokowi Ikut Sambut Rilis Jet Tempur KFX”. CNBC Indonesia. 9 April 2021. Retrived From: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210409173645-4-236672/bukan-cuma-prabowo-jokowi-ikut-sambut-rilis-jet-tempur-kfx

[5] Shim Kyu Seok. “Jakarta’s French jet deal unrelated to KF-X, DAPA insists”. Korea JoongAng Daily. 21 Februari 2021.Retrived From: https://koreajoongangdaily.joins.com/2021/02/21/national/defense/kfx-Indonesia-Korea/20210221174500427.html

[6] Yonhap News. “S.Korea unveils prototype of first homegrown fighter aitcraft KF-21. 9 April 2021. Retrived from: https://en.yna.co.kr/view/AEN20210409003751325?section=national/defense

[7] Tommy Sorongan. “Presiden Korsel ‘Rayu’ Langsung Prabowo Lanjutkan Proyek KFX”. CNBC Indonesia. 8 April 2021. Retrived From: https://www.cnbcindonesia.com/news/20210408203411-4-236400/presiden-korsel-rayu-langsung-prabowo-lanjutkan-proyek-kfx

[8] Kemnhan. “Menhan RI: Kemhan RI Siap Membangun Hubungan Kerjasama Pertahanan yang Lebih Kuat dengan Republic of Korea”. 8 April 2021. Retrived from: https://www.kemhan.go.id/2021/04/08/22408.html

[9] Donald E. Nucterlain. 1979. National Interest A New Approach. Orbis. Vol.23 No.1 (Spring) Hal.57.