New Wave Covid Indonesia akankah menuju Herd Immunity atau Herd Stupidity?

Penanganan COVID-19 di Indonesia yang telah melewati setahun lamanya memasuki babak baru. Otoritas kesehatan Indonesia mengumumkan lonjakan terbesar dalam sehari pada Senin (20/06) dengan rekor penambahan kasus baru 14.536 orang, sebelumnya penambahan kasus tertinggi tercatat pada 30 Januari 2021 sebanyak 14.518 orang.[1] Peningkatan kasus ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya mobilitas mudik Idul Fitri bulan lalu serta kedatangan varian virus baru, seperti versi Delta yang ditemukan di India. Menjadikan lonjakan infeksi dalam beberapa pekan terakhir ini tentu sangat mengkhawatirkan kesehatan masyarakat Indonesia, sehingga menimbulkan kekhawatiran penanganan COVID-19 di Indonesia akankah mampu menuju Herd Immunity ataukah menjadi Herd Stupidity?

Upaya Penanganan COVID-19 di Indonesia

Dalam upaya mengurangi laju merebaknya pandemi COVID-19 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan bagi masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan yakni 3M Memakai Masker, Mencuci Tangan dan selalu menjaga jarak (Social distancing).[2] Selain itu juga penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan juga karantina wilayah (Lockdown) untuk mengurangi mobilitas masyarakat.

Di sisi lain Pemerintah Indonesia telah menargetkan percepatan terwujudnya herd immunity di Indonesia. Herd Immunity (Kekebalan komunal) yang juga dikenal sebagai ‘kekebalan populasi’, adalah suatu bentuk perlindungan tidak langsung dari penyakit menular yang terjadi ketika sebagian besar populsi menjadi kebal terhadap infeksi baik melalui infeksi sebelumnya atau vaksinasi, sehingga individu yang tidak kebal ikut terlindungi.[3] Hal ini membantu memastikan bahwa kelompok-kelompok rentan yang tidak dapat diimunisasi tetap aman, sehingga memutus rantai penularan.[4]

Dalam mewujudkannya Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Vaksinasi COVID-19 nasional sejak Januari 2021 secara bertahap. Adapun Tahap I yang menyasar tenaga kesehatan, disusul tahap II yang menyasar lansia dan petugas publik. Targetnya, sebanyak 40.349.049 orang bisa selesai divaksinasi corona dengan suntikan dua dosis pada Juni tahun ini. Pemerintah meningkatkan jumlah program vaksinasi, dimana pemerintah telah menerima 104,7 juta dosis vaksin, termasuk 94,5 juta Sinovac, 8,2 juta AstraZeneca, dan 2 juta Sinopharm. Diharapkan untuk menerima sekitar 50 juta dosis Pfizer dalam beberapa bulan mendatang, diikuti oleh 50 juta dosis Moderna.[5]

Selain itu Presiden Joko Widodo tak hentinya mengingatkan masyarakat bahwa ancaman COVID-19 belum berakhir, sehingga masyarakat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan juga pemerintah daerah untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan agar tidak terjadi gelombang kedua COVID-19.[6]

Kendala Penanganan COVID-19

Namun dalam praktiknya terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Pertama, karena kapablitas pelacakan kontak yang rendah dan kurangnya laboratorium untuk memproses pelaksanaan tes virus COVID-19 di hari-hari awal, menjadikan kasus harian tetap lebih rendah dari jumlah sebenarnya, sebagaimana studi seroprevalensi (pengujian antibodi) baru di Universitas Indonesia dengan bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menunjukkan penyebaran COVID-19 di RI menyebar jauh lebih luas dari laporkan data resmi nasional.[7]

Kedua, kebijakan pembatasan penyebaran COVDI-19 oleh pemerintah tidak efektif, disebabkan oleh inkoordinasi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, menjadikan respon masyarakat Indonesia terhadap wabah COVID-19 dan penanganannya terbagi ke dalam empat kelompok yaitu kelompok yang memilih acuh terhadap COVID-19, kelompok rejection, kelompok receptive, dan kelompok worried. Kelompok yang memilih acuh terhadap COVID-19 mereka cenderung tidak melakukan segala pencegahan yang diinstruksikan pemerintah seperti penggunaan masker, jaga jarak, dan protokol kesehatan sebagaiamana dari hasil survei Parameter Politik Indonesia menunjukkan, tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan dalam mencegah virus corona COVID-19 baru sebesar 54,8%.[8]

Masa Depan Penanganan COVID-19-19: Akankah Mencapai Herd Immunity atau Herd Stupidity?

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjalankan upaya yang diinstruksikan oleh pemerintah mendorong peningkatan kasus ditambah dengan semakin berkembangnya varian virus COVID-19 seperti varian delta disebut-sebut lebih menular (infeksius) dibanding varian sebelumnya menjadi lebih mudah menular sehingga membuat keadaan semakin memburuk.

Hal ini kemudian oleh Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengatakan Indonesia sudah lama dalam kondisi herd stupidity atau kebodohan komunal atasi pandemi COVID-19.[9] Pandu menyebut kondisi itu tercipta lantaran masyarakat maupun pemerintah melakukan kebodohan bersama yang memicu lonjakan kasus COVID-19. “Indonesia sudah lama dalam kondisi “Herd Stupidity“. Perilaku Manusianya yang dorong replikasi virus, memperbanyak diri dan berubah menjadi lebih mudah menular. Manusia yang mendapat amanah jadi pejabat dan manusia-manusia lain yang tidak berperilaku 5M dan enggan divaksinasi,” kata Pandu dalam akun twitter-nya, Minggu (20/6).

Peningkatan kasus COVID-19 semakin meningkat setiap harinya dan masyarakat semakin acuh terhadap penyebaran COVID-19 menjadikan upaya yang diberikan pemerintah tidak akan berjalan lancar bila elemen masyarakat tidak dapat bekerja sama dengan belum optimalnya penerapan 3M diseluruh tatanan kehidupan. Masih banyak masyarakat yang enggan memakai masker, ada juga yang memakai masker namun belum tepat seperti meletakkannya didagu serta tidak menutupi hidung dan mulut secara keseluruhan.

Maka perlu adanya kesadaran dan ketaatan masyarakat untuk konsisten mematuhi protokol kesehatan serta kesigapan pemerintah dalam menghadapi pandemi COVID-19 dengan meningkatkan kualitas layanan kesehatan seperti ketercukupan layanan di RS untuk pasien yang jatuh sakit (BOR), mengencangkan testing dan tracing serta vaksinasi sehingga harapan mewujudkan herd Immunity di Indonesia bisa tercapai.


[1] https://www.cnbcindonesia.com/news/20210622100328-4-254956/rekor-kasus-COVID-19-19-ri-tambah-102-ribu-dalam-sepekan

[2] Kementerian Kesehatan RI, “5 M di Masa Pandemi COVID-19 di Indonesia”. Retrived From: http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2021/02/01/46/5-m-dimasa-pandemi-covid-19-di-indonesia.html

[3] Fine, P.; Eames, K.; Heymann, D. L. (1 April 2011). “‘Herd immunity’: A rough guide”Clinical Infectious Diseases52 (7): 911–16.

[4] World Health Organization (WHO), “Tanya Jawab: Lockdown dan herd immunity”. Retrived From: https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus/qa/qa-lockdown-and-herd-immunity

[5] Febriana Firdaus, “Indonesia tightens restrictions as it confirms record new coronavirus infections”. The Guardian, (22 Juni 2021). Retrived From: https://www.theguardian.com/global-development/2021/jun/22/indonesia-tightens-restrictions-as-it-confirms-record-new-coronavirus-infections

[6] Dewi Nurita, “Jokowi: Ancaman Covid-19 Masih Tinggi, Jangan Ada Gelombong II”, Tempo.com. (30 Juni 2020). Retrived From: https://nasional.tempo.co/read/1359514/jokowi-ancaman-COVID-19-19-masih-tinggi-jangan-ada-gelombang-ii

[7] Tom Allard. “EXCLUSIVE COVID-19 far more widespread in Indonesia than official data show: studies” (3 Juni 2021). Retrived From:  https://www.reuters.com/world/asia-pacific/exclusive-covid-19-far-more-widespread-indonesia-than-official-data-show-studies-2021-06-03/

[8] Parameter Politik Indonesia “Parameter: Kepatuhan Protokol Kesehatan Cegah COVID-19 Masih Rendah” Katadata. (22 Februari 2021).  Retrived From: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/02/23/parameter-kepatuhan-protokol-kesehatan-cegah-covid-19-masih-rendah

[9] CNN Indonesia, “Epidemiolog: Indonesia Sudah Herd Stupidity Atasi Pandemi”. (20 Juni 2021). Retrived From: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210620204023-20-656983/epidemiolog-indonesia-sudah-herd-stupidity-atasi-pandemi