China Menyusun Rencana Industri Keamanan Siber Baru

Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi China mengatakan pada hari Senin (12/07) bahwa pihaknya telah mengeluarkan rancangan rencana aksi tiga tahun untuk mengembangkan industri keamanan siber negara itu, memperkirakan sektor tersebut mungkin bernilai lebih dari 250 miliar yuan ($38,6). miliar) pada tahun 2023.

Draf tersebut muncul ketika otoritas China sedang meningkatkan upaya untuk merancang peraturan untuk mengatur penyimpanan data, transfer data, dan privasi data pribadi dengan lebih baik. Cyberspace Administration of China (CAC) mengusulkan rancangan aturan yang menyerukan semua perusahaan teknologi kaya data dengan lebih dari 1 juta pengguna untuk menjalani tinjauan keamanan sebelum mendaftar di luar negeri.

Peraturan itu muncul setelah penyelidikan regulasi dari raksasa ride-hailing China Didi Chuxing karena diduga melanggar undang-undang privasi data. CAC menyatakan pada hari Minggu(11/07) bahwa mereka telah memerintahkan toko aplikasi smartphone untuk berhenti menawarkan aplikasi Didi Global Inc (didi) setelah menemukan bahwa raksasa ride-hailing ini telah mengumpulkan data pribadi pengguna secara ilegal.

Pihak didi telah mendapat pemeberitahuan dari CAC untuk membuat perubahan untuk mematuhi aturan perlindungan data China, empat hari setelah Didi mulai berdagang di New York Stock Exchange, pasca mengumpulkan $4,4 miliar dalam penawaran umum perdana. CAC sendiri tidak merinci sifat pelanggaran Didi dalam sebuah pernyataan di umpan media sosialnya.Pihak Didi sendiri menanggapi hal ini dengan mengatakan bahwasanya pihaknya telah berhenti mendaftarkan pengguna baru dan akan menghapus aplikasinya dari toko aplikasi, serta akan membuat perubahan guna mematuhi aturan dan melindungi hak pengguna.

Otoritas China saat ini sedang giat menekan raksasa teknologi dalam negerinya guna megatasi masalah antimonopoli dan keamanan data.