Perdana Menteri Israel Membuat “Pernyataan” Langka Terkait Gudang Senjata Nuklir Israel
Perdana Menteri Israel, Yair Lapid membuat kiasan yang jarang terjadi terkait dugaan kepemilikan senjata nuklir dalam pidatonya pada hari Senin. Lapid berbicara pada sebuah pidato yang menandai perubahan kepemimpinan di Komisi Energi Atom negara itu, Lapid mengacu pada kemampuan defensif dan ofensif Israel, serta apa yang disebutnya “kemampuan lain” yang dipahami sebagai referensi untuk senjata nuklir.
“Arena operasional di kubah tak terlihat di atas kita dibangun di atas kemampuan defensif dan kemampuan ofensif, dan apa yang cenderung disebut media asing sebagai ‘kemampuan lain’. Kemampuan lain ini membuat kita tetap hidup dan akan membuat kita tetap hidup selama kita dan anak-anak kita ada di sini,” kata Lapid.[1]
Israel diyakini memiliki beberapa ratus senjata nuklir yang telah mulai dikembangkan sejak 1960-an. Tidak seperti kebanyakan negara yang diasumsikan memiliki senjata nuklir, Israel tidak pernah secara resmi menyatakan kepemilikannya. Sebaliknya ia mengejar kebijakan ‘opacity‘ yang berarti para pemimpin Israel lebih suka membuat referensi ambigu terkait senjata nuklirnya. Pernyataan seperti itu pertama kali dibuat pada awal 1960-an oleh menteri pertahanan junior saat itu Shimon Peres yang mengatakan bahwa Israel “tentu saja bukan yang pertama memperkenalkan senjata nuklir ke kawasan itu.”[2]
Tetapi semakin lama, semakin banyak detail yang bermunculan tentang bagaimana Israel membangun senjata nuklirnya dari bagian-bagian selundupan dan teknologi yang dicuri, dan mirip seperti pengembang nuklir Iran. Namun, Israel, tidak pernah menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi (Non-proliferation of Nuclear Weapons Treaty atau NPT) tahun 1968 sehingga tidak bisa melanggarnya.[3]
Sampai sejauh ini, Israel mengaku memiliki reaktor nuklir yang sepenuhnya untuk tujuan damai. Namun, Israel menolak untuk menerima kunjungan Badan Energi Atom Internasional, hingga kemudian AS menuntut Israel untuk menerima inspeksi dari pihak AS karena semakin banyak bukti program senjata Israel muncul, namun kemudian Washington memulai kebijakan opacity-nya.
Pemerintah negara-negara barat juga mengikuti kebijakan opacity terkait perkembangan nuklir Israel. Pada tahun 2009, ketika seorang reporter bertanya kepada Barack Obama di bulan pertama masa kepresidenannya apakah dia mengetahui negara mana pun di Timur Tengah dengan senjata nuklir, Obama hanya mengatakan bahwa dia tidak ingin ” berspekulasi”.[4]
Sebelum pernyataan oleh Lapid, mantan Perdana Menteri Ehud Olmert tampaknya mengakui kemampuan nuklir ketika dia menyebut Israel, bersama dengan Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis, memiliki senjata nuklir. Benjamin Netanyahu juga pernah menyebut Israel sebagai “kekuatan nuklir” selama presentasi kepada Kabinetnya, sebelum dia mengoreksi dirinya sendiri untuk mengatakan “kekuatan energi.”[5]
Namun, mengapa negara-negara Barat tidak mempermasalahkan “kepemilikan” nuklir Israel? Karena seperti yang diketahui, Iran secara terang-terangan “Posisi Israel sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di kawasan itu adalah sebuah anomali – sebuah wilayah dapat memiliki beberapa negara nuklir atau tidak sama sekali,” kata Cirincione, dari Non-proliferasi Ploughshares Fund.[6]
Hal ini dapat dikaitkan dengan bagaimana “kepercayaan” negara-negara Barat dengan Israel. Tentu, untuk membangun kepercayaan sejauh hubungan bilateral AS-Israel, perlu dibangun confidence building measure (CBM). CBM adalah prosedur terencana untuk mencegah permusuhan, mencegah eskalasi, mengurangi ketegangan militer, dan membangun rasa saling percaya antar negara.[7] Israel sering diibaratkan sebagai tangan kanan AS di wilayah regional tersebut yang mengindikasikan bagaimana AS memercayai Israel. Nuklir sendiri merupakan isu yang sangat kontroversial, dimana AS sendiri sering menentang pengembangan nuklir oleh negara-negara lain seperti salah satunya, Iran.
Secara umum, hubungan antara Israel dan AS sangat kuat, bahkan ditulis langsung di laman website Pemerintah AS yang bersama-sama berusaha menjaga keamanan regional. AS bahkan membantu Israel untuk mengembangkan iron dome. Terkait pengembangan nuklir, Amerika Serikat berkomitmen kuat terhadap keamanan Israel. Ini termasuk mengatasi perilaku destabilisasi Iran di kawasan itu, dan tidak pernah membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir.[8] Intensifnya hubungan antara keduanya ini dapat menjadi penjelasan sederhana mengenai bagaimana negara-negara Barat lainnya, yang merupakan sekutu AS ikut serta memainkan kebijakan opacity.
[1] Andrew Carey dan Amir Tal, “Israel’s Prime Minister makes rare allusion to country’s nuclear weapons arsenal”, CNN, 2 Agustus 2022,
https://edition.cnn.com/2022/08/02/middleeast/israel-lapid-nuclear-remarks-intl/index.html
[3] Julian Borger, “The truth about Israel’s secret nuclear arsenal”, The Guardian, 15 Januari 2014, https://www.theguardian.com/world/2014/jan/15/truth-israels-secret-nuclear-arsenal
[5] Op. Cit., Andrew Carey dan Amir Tal
[6] Max Fisher, “Why is the U.S. okay with Israel having nuclear weapons but not Iran?”, Washington Post, 2 Desember 2013, https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2013/12/02/why-is-the-u-s-okay-with-israel-having-nuclear-weapons-but-not-iran/
[7] “Military Confidence-building”, United Nations, https://www.un.org/disarmament/cbms/
[8] Office Of The Spokesperson, “The United States-Israel Relationship”, U.S. Department of State, 26 Maret 2022,
https://www.state.gov/the-united-states-israel-relationship/